Tampil Beda dengan Fashion Ramah Lingkungan

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
Fashion pun bisa ramah lingkungan. (Pic by 3dlook.ai)

Sustainable kini berkembang dalam berbagai lini, tidak hanya pada pembangunan. Salah satunya menyasar pada industri pakaian yang muncul karena limbah pakaian dari konsumen maupun produsen.

Think Conscious, penelitian YouGov menununjukan bahwa 66% masyarakat kategori dewasa di Indonesia membuang sedikitnya satu pakaian mereka, bahkan 25% di antaranya membuang lebih dari 10 pakaian dalam setahun. Sementara itu, sebagai produsen, indusitri fashion menyumbang gas emisi dan poluisi air terbesar setelah industri minyak.

Nexus3Foundation bahkan mencatat sekitar 1.000 pabrik garmen membuang berbagai bahan kimia beracun dari hasil produksinya ke Sungai Citarum. Masuknya konsep suistainable dalam industri fashion mendorong munculnya brand fashion lokal yang menerapkan suistanable dalam bisnis mereka. Apa saja brand lokal yang menerapakan suistanable?

Berikut 5 brand lokal yang menerapakan suistainable dalam lini fashion:

1. SARE/Studio

Brand pakaian rumahan dengan motto #EverydayPajamas secara konsisten memilih bahan-bahan yang ramah lingkungan. Salah satu strategi yang mereka terapkan adalah melalui kemitraan dengan produsen serat asal Austria, LENZINGTM. Pakaian Sare menggunakan serat LENZING™ ECOVERO™ yang diperoleh dari kayu yang telah tersertifikasi sebagai sumber yang berkelanjutan. Selain itu, Sare juga telah meraih sertifikasi EU Ecolabel sebagai tanda bahwa mereka memenuhi standar lingkungan dari tahap produksi hingga pembuangan bahan baku mereka.

2. Osem

Sebagai salah satu merek fashion lokal, Osem menekankan konsep kurang atau tanpa limbah dengan cara mencegah pemborosan sisa kain dari proses produksi mereka. Mereka menggunakan sisa kain tersebut dengan melakukan upcycling, mengubahnya menjadi produk baru, atau memberikannya kepada merek lain yang membutuhkannya. Osem tidak hanya fokus pada konsep zero waste, tetapi juga menggunakan pewarna alami dari tumbuhan Indigofera Tinctoria untuk menciptakan warna biru yang alami dalam pakaian tie-dye mereka. Selain itu, mereka menghindari penggunaan resleting dan kancing berbahan plastik untuk mengurangi limbah yang sulit didaur ulang.

3. Pijak Bumi

Brand alas kaki juga bergabung dalam upaya menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam produksinya. Pijak Bumi, sebuah merek sepatu lokal yang berbasis di Bandung, terkenal dengan penggunaan bahan-bahan alami dalam produk mereka. Penggunaan bahan-bahan seperti serat kenaf, ban bekas yang didaur ulang, kulit kelapa, dan katun organik menjadikan Pijak Bumi istimewa dan berbeda dari merek alas kaki lainnya.

4. Kembang Tjelup

Sejak 2014 ini mengombinasikan teknik batik dengan teknik Shibori, yaitu teknik pewarnaan yang diadaptasi dari Jepang. Memiliki misi menciptakan produk-produk eco fashion ramah lingkungan, Kembang Tjelup berupaya menggunakan bahan-bahan organik. Mulai dari material dari serat alami, hingga pewarna alami yang tidak mencemari lingkungan. Seperti warna biru yang berasal dari indigofera, warna cokelat dari kulit kayu mahoni, serta warna kekuningan dari kulit jalawe atau sabut kelapa.

5. Semilir Ecoprint

Semilir Ecoprint, jenama fesyen lokal satu ini menggunakan teknik eco printing, serta menampilkan motif-motif alami dengan sentuhan warna earthy-pastel. Awalnya, jenama fesyen lokal asli Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini hanya memproduksi tas wanita. Namun, seiring berjalan waktu dan permintaan pasar yang tinggi, Semilir Ecoprint mulai memproduksi pakaian, dompet, aksesori, hingga dekorasi rumah dengan ciri khas motif dedaunan alami.

Populer video

Berita lainnya