Wilayah Asia Tengah, Selatan, dan Oceania (CSAO) kini menjadi salah satu pemimpin dalam adopsi kripto global. Berdasarkan laporan Chainalysis, tujuh negara dari wilayah ini masuk dalam 20 besar negara dengan adopsi kripto tertinggi. Dari Juli 2023 hingga Juli 2024, wilayah ini mencatatkan arus masuk cryptocurrency sebesar $750 miliar, menjadikannya sebagai pusat kripto terbesar ketiga setelah Amerika Utara dan Eropa Barat.
India muncul sebagai pemimpin dalam adopsi kripto, meskipun menghadapi berbagai tantangan regulasi. Dalam satu tahun terakhir, India menduduki peringkat teratas dalam nilai layanan terpusat dan nilai layanan ritel terpusat yang diterima. Namun, lingkungan regulasi yang ketat, termasuk pajak atas keuntungan modal dan transaksi, mendorong banyak pengguna India beralih ke bursa internasional.
Di sisi lain, Indonesia menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam pasar kripto. Selama periode yang sama, Indonesia menerima lebih dari $157 miliar dalam transaksi kripto, yang mencerminkan pertumbuhan hampir 200%. Hal ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan pertumbuhan pasar kripto tercepat di wilayah ini.
Singapura juga menjadi pemain utama dalam ruang kripto, terutama dalam pembayaran digital. Pada kuartal kedua tahun 2024, platform pembayaran digital Singapura memproses lebih dari $1 miliar dalam transaksi kripto. Ini menunjukkan bahwa aset digital semakin terintegrasi dalam kegiatan keuangan sehari-hari.
Secara keseluruhan, kinerja wilayah CSAO sangat mengesankan, didorong oleh bursa terpusat dan meningkatnya partisipasi institusional. India, Indonesia, Vietnam, Filipina, Pakistan, Thailand, dan Kamboja secara kumulatif menyumbang 16,6% dari total nilai cryptocurrency yang diterima secara global. Ini menegaskan pentingnya wilayah CSAO dalam pasar kripto dunia.