Bentrokan antara kelompok massa dari Ambon dan Palembang terjadi di Penjaringan, Jakarta Utara pada 2 Oktober 2024. Insiden ini dipicu oleh salah paham ketika sejumlah orang dari kelompok Ambon terlihat menarik sebuah motor, yang kemudian diteriaki maling. Situasi pun dengan cepat berubah menjadi kekerasan yang mengakibatkan seorang korban jiwa. Korban dilaporkan meninggal dunia setelah diduga menjadi sasaran pembacokan di tengah keributan.
Reaksi keras datang dari Alex Kadju, Ketua Umum Persaudaraan Timur Raya (PETIR), yang menyerukan agar pihak kepolisian segera mengambil tindakan tegas. Dalam sebuah video yang beredar, Alex secara emosional mengingatkan bahwa ketidakadilan dalam menangani kasus ini bisa berujung pada konflik lebih besar. “Kalau pelaku tidak segera ditangkap, saya tidak bisa menjamin bahwa tidak akan ada pertumpahan darah lebih lanjut,” ujar Alex dengan nada ancaman. Ia juga menegaskan bahwa saudara mereka yang meninggal tidak bersalah, dan tindakan polisi yang lambat bisa memicu kemarahan yang lebih luas.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak kepolisian terkait peristiwa tragis ini. Namun, ketegangan yang timbul antara kedua kelompok masyarakat dari Ambon dan Palembang menunjukkan betapa rentannya konflik antar etnis di Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa bentrokan semacam ini, meskipun berawal dari insiden kecil, sering kali berkembang menjadi konflik lebih besar jika tidak segera diatasi dengan bijak. Konflik sosial di Indonesia kerap kali melibatkan perbedaan latar belakang etnis, agama, atau asal daerah yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Dengan sejarah panjang keragaman budaya dan suku bangsa, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga perdamaian antar kelompok. Respon cepat dan tegas dari pihak berwenang sangat dibutuhkan untuk meredam potensi konflik yang bisa meluas.