Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-79 pada 17 Agustus 2024. Setiap kali mengenang kemerdekaan, kita sering teringat dengan rumah bersejarah yang menjadi tempat pembacaan naskah proklamasi. Rumah ini, yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Menteng, Jakarta Pusat, adalah tempat bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Selain menjadi lokasi pembacaan proklamasi, rumah ini juga pernah menjadi tempat tinggal Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.
Rumah bersejarah ini awalnya dimiliki oleh Faradj bin Said Awad Martak, seorang saudagar terkemuka di Batavia (sekarang Jakarta) sejak era kolonial. Faradj adalah Direktur Utama NV Algemeene Import-Export en Handel Marba. Bisnisnya kemudian diteruskan oleh putranya, Ali bin Faradj Martak, yang juga dikenal sangat dekat dengan Bung Soekarno.
Faradj tak hanya menyediakan rumahnya untuk pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945. Dia juga menyambut Bung Soekarno setelah peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Saat itu, Soekarno terserang demam dan beristirahat di rumah Faradj. Setelah beristirahat dan mengonsumsi madu Arab, Bung Karno pun pulih dan siap membacakan naskah proklamasi kemerdekaan.
Tepat pukul 10.00 WIB, Bung Karno bersama Bung Hatta membacakan naskah proklamasi. Bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati dikibarkan oleh Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Surastri Karma Trimurti. Pengibaran bendera ini diiringi lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh WR Supratman.
Menariknya, rumah ini tidak sepenuhnya menjadi milik Faradj. Berdasarkan bukti otentik berupa surat resmi yang ditandatangani oleh menteri negara untuk NV Marba, rumah ini ‘dihibahkan’ kepada negara melalui Soekarno dan Hatta. Atas jasanya yang besar, pemerintah Indonesia memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan tertulis kepada Faradj pada 14 Agustus 1950. Surat ini ditandatangani oleh Ir. HM Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia pada saat itu.
Lima tahun setelah proklamasi, rumah bersejarah ini dirobohkan atas permintaan Bung Karno sendiri. Perobohan terjadi pada tahun 1960-an, dan kini lokasi tersebut telah diubah menjadi Taman Proklamasi. Taman ini dihiasi dengan taman bunga dan pepohonan yang asri. Di dalamnya, terdapat Tugu Proklamasi dengan patung Soekarno dan Hatta yang berdiri membacakan naskah proklamasi.
Sejak itu, Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya menjadi Jalan Proklamasi, sebagai penghormatan terhadap peristiwa penting dalam sejarah bangsa. Rumah Proklamasi kini hanya tinggal kenangan, namun peranannya dalam sejarah kemerdekaan Indonesia akan selalu dikenang.