Musim pertama Marc Marquez bersama Ducati terbukti membawa ketegangan yang memikat. Meski belum memenangkan balapan, keberadaannya di barisan terdepan memberikan isyarat kuat bahwa gelar juara dunia MotoGP pada musim depan bukanlah sekadar impian kosong.
Dalam mengejar ambisi besar itu, Marquez telah memutuskan untuk meninggalkan tim Repsol Honda yang telah menjadi rumahnya selama bertahun-tahun. Langkah ini, baginya, merupakan pilihan sulit yang diambil dengan pertimbangan matang demi meraih puncak karier.
Perkataannya sendiri memancarkan keyakinan akan kecepatan Desmosedici GP23 yang dikendarainya. Catatan hasil balapan, meski belum meraih kemenangan, menunjukkan performa tangguhnya yang mampu bersaing di posisi depan. Ini menjadi sinyal bahwa kemenangan pertama bersama Ducati hanyalah masalah waktu.
Pada musim depan, Marquez akan berduet dengan Francesco Bagnaia, menyusun rencana untuk menguasai lintasan dan memperebutkan mahkota juara. Kendati posisi di tim Ducati awalnya dipertimbangkan oleh tiga pebalap, Marquez yang dipilih, meskipun ia baru setahun bergabung dengan tim tersebut.
Keputusan tersebut menunjukkan kepercayaan penuh Ducati pada Marquez, meski alternatif lain seperti Jorge Martin dan Enea Bastianini sudah lama merasakan getaran mesin Desmosedici. Namun, Marquez menegaskan bahwa pilihannya selalu menuju tim pabrikan, menolak tawaran untuk bergabung dengan Pramac Racing meskipun dengan spesifikasi motor pabrikan.
Baginya, integritas dan kesetiaan pada prinsip adalah hal utama dalam setiap negosiasi. Bahkan ketika opsi untuk tetap berada di tim satelit muncul, Marquez memilih Gresini Racing dengan keyakinan bahwa itu adalah langkah yang tepat bagi karier dan ambisinya.
Namun, sebelum bermimpi tentang gelar juara dunia, Marquez telah menetapkan target yang lebih dekat: kemenangan di lintasan. Itulah yang menjadi fokusnya di musim ini, langkah awal yang penting sebelum mewujudkan ambisi besar yang menantang itu.