Mitos Pil KB yang Beredar di Masyarakat, Apa Fakta Sebenarnya?

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
Pil KB
Foto: Istimewa

Celebrithink.com – Program Keluarga Berencana (KB), menjadi solusi untuk menjaga jarak kehamilan, dengan harapan para orang tua dapat mengurus buah hatinya secara maksimal. Selain suntik, program KB juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi pil.

Hanya saja, banyak mitos yang beredar terkait pil KB bagi wanita. Mulai dari membuat gemuk, membuat wajah berjerawat, hingga yang dapat mempengaruhi kesuburan. Padahal, semua informasi mengenai pil KB tersebut hanyalah mitos belaka.

Lantas apa saja saja mitos pil KB yang beredar? Dan bagaimana fakta sesungguhnya? Melansir laman hellosehat, simak penjelasannya berikut ini.

Bikin gemuk

Salah satu mitos pil KB yang banyak dipercaya orang adalah pil KB dapat meningkatkan berat badan. Dari, mitos yang beredar, berat badan akan melesat drastis setelah menggunakan pil kontrasepsi ini.

Faktanya:

Sebuah penelitian menyatakan hal sebaliknya dengan mitos mengenai pil KB tersebut. Penelitian tersebut menyatakan bahwa kandungan estrogen di dalam pil KB dapat menyebabkan wanita yang mengonsumsinya merasa kembung. Namun hal ini akan berlalu dalam waktu singkat.

Sementara itu, kandungan progestin dalam pil mungkin dapat meningkatkan nafsu makan, yang berpotensi meningkatkan berat badan, jika tidak diimbangi dengan diet dan olahraga.

Wanita yang mengonsumsi pil KB kemungkinan juga akan mengalami retensi air. Namun tidak perlu terlalu khawatir. Ha ini bisa diatasi dengan mengonsumsi dosis yang lebih rendah.

Artinya, mitos mengenai pil KB ini mungkin terjadi, namun frekuensinya cukup jarang dan bisa diatasi. Memang beberapa wanita mengalami sedikit kenaikan berat badan, namun tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa pil KB menyebabkan kenaikan berat badan para wanita tersebut.

Membuat haid tidak teratur

Mitos tersebut bisa dibilang salah kaprah. Sebab, pil KB justru membuat siklus menstruasi menjadi lebih teratur. Hal ini sangat membantu untuk wanita yang memiliki siklus haid terlalu cepat atau terlalu jarang.

Pil ini juga cenderung meminimalkan gejala PMS atau premenstrual syndrome yang sering kali dialami banyak wanita saat sedang menstruasi.

Kontrasepsi ini digunakan untuk mencegah ovulasi, yaitu pelepasan sel telur selama siklus bulanan. Wanita tidak bisa hamil jika tidak berovulasi. Pil ini bekerja dengan menebalkan lendir dan sekitar serviks, yang semakin mempersulit sperma untuk memasuki uterus dan mencapai sel telur yang sudah dilepas.

Menyebabkan wajah berjerawat

Mitos berikutnya adalah menggunakan pil kontrasepsi ini bisa membuat Anda memiliki banyak jerawat.

Faktanya:

Berbeda dari mitos yang beredar, pil KB justru dapat menjadi pilihan pengobatan jerawat. Salah satu penyebab jerawat adalah meningkatnya hormon androgen.

Androgen ini memicu kelebihan produksi minyak di sebum yang menyumbat pori-pori dan meningkatkan timbulnya jerawat sehingga untuk menghilangkan jerawat, kadar androgen perlu dikurangkan dalam aliran darah.

Saat Anda mengonsumsi pil yang mengandung estrogen dan jenis progestin tertentu, jenis progestin ini membantu menurunkan kadar androgen dan umumnya membuat Anda memiliki kulit yang bersih setelah tiga bulan pemakaian.

Membuat tidak subur

Mengingat tujuan menggunakan penggunaan pil kontrasepsi ini adalah mencegah kehamilan, mitos yang beredar menyatakan pil ini dapat menyebabkan kemandulan.

Faktanya:

Penggunaan pil KB tidak memengaruhi kesuburan. Anda bisa langsung kembali subur dan hamil setelah berhenti menggunakan pil KB. Namun pada beberapa wanita, mungkin harus menunggu beberapa waktu agar bisa hamil setelah berhenti.

Bisa menyebabkan kanker

Mitos yang beredar bahwa penggunaan pil kontrasepsi dapat menyebabkan berbagai jenis kanker. Salah satu kanker yang disebut dapat dialami oleh wanita yang menggunakan pil kontrasepsi adalah kanker payudara.

Faktanya:

Berbeda dengan mitos yang beredar, kanker payudara lebih berkaitan dengan masalah hormon, bukan karena penggunaan pil kontrasepsi.

Memang ada beberapa penelitian yang menunjukkan sedikit peningkatan risiko kanker payudara, serviks, dan hati, namun ini lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal lain.

Populer video

Berita lainnya