Celebrithink.com – Mungkin anda pernah menjalani tes IQ ( Intellectual Quotient). Atau mungkin anda bertanya-tanya berapa skor IQ anda, sehingga mengikuti tes semacam tersebut. Sebelum memantapkan hati untuk berkutat mengisi lembar jawaban, ada beberapa hal yang perlu anda tahu soal tes IQ. Dilansir dari laman helloSEHAT, ini fakta menarik seputar tes IQ.
Tes IQ bukan untuk membuktikan pintar atau tidak
Tes IQ adalah tolak ukur yang akurat dan dapat diandalkan untuk mengetahui prestasi akademik seseorang. Hasilnya adalah berupa angka yang didapat setelah mengukur seberapa jauh kemampuan intelektual dan keterampilan kognitif lewat empat bidang kecerdasan: pemahaman verbal, penalaran persepsi (visual-spasial dan auditori), memori kerja (termasuk memori jangka pendek), dan kecepatan pemrosesan informasi atau pertanyaan.
Seberapa tinggi skor anda pada salah satu kemampuan yang diukur, semakin baik pula kualitas performa dalam melakukan aspek keterampilan mental lain yang tak dapat diukur. Sebuah tes IQ yang baik juga harus memungkinkan pesertanya untuk dapat memelajari informasi baru.
Skor Tes IQ tidak mencerminkan siapa diri anda sebenarnya
Ada orang-orang yang ber-IQ tinggi, seperti Einstein yang memiliki skor IQ mencapai 225. Namun, skor IQ tinggi bukan jaminan bahwa seseorang pasti lebih cerdas, bahagia, waras, dan sejahtera.
Begitu pula sebaliknya. Skor IQ rendah tidak berarti bahwa orang tersebut memiliki kecerdasan terbelakang, mental terganggu, atau tidak akan sukses dalam hidupnya secara finansial. Ada juga individu yang pada teorinya termasuk golongan orang-orang cerdas tapi memiliki kecerdasan “normal”.
Semakin tinggi skor IQ, semakin tinggi risiko gangguan mental
Kaitan antara skor IQ tinggi dengan risiko penyakit mental mencatut nama-nama seperti Abraham Lincoln, Isaac Newton, dan Ernest Hemingway. Tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan peningkatan risiko gangguan mental pada individu yang ber-IQ tinggi. Namun, sebuah studi menemukan gen NCS-1 yang bertanggung jawab untuk menyandi protein pengikat kalsium dalam tubuh. Gen ini juga bertanggung jawab untuk memelihara aktivitas dan kekuatan hubungan antar saraf di otak.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah reseptor NCS-1 telah dikaitkan dengan risiko skizofrenia dan gangguan bipolar. Temuan ini dapat diartikan bahwa semakin kuat hubungan antar saraf di otak maka semakin cerdas orang tersebut, yang juga memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami penyakit mental.
Studi lain dari tahun 2005 menemukan bahwa orang yang menunjukkan performa intelegensi terbaik pada tes matematika juga lebih cenderung memiliki gangguan bipolar.
Skor tes IQ bisa naik turun
Hasil tes IQ sangat mungkin berubah dari sejak pertama kali anda ikut tes saat masih anak-anak. Sebab, kecerdasan seseorang tidak hanya dipengaruhi akademis di sekolah, tapi juga pengalaman hidup dan bagaimana bersosialisasi di tengah masyarakat.
Naik turunnya skor IQ juga dikaitkan dengan perubahan otak seiring bertambahnya usia. Ini dibuktikan pada penelitian yang diambil dari laman Psychology Today. Penelitian ini mengadakan uji coba dengan anak-anak berusia 7 tahun, anak-anak ini punya IQ tinggi (lebih dari 120). Pada saat tes berlangsung, anak-anak tersebut cenderung memiliki ketebalan kortikal otak yang tidak tebal.
Pada akhirnya peneliti menyimpulkan juga bahwa kecerdasan manusia tidak bisa diukur hanya dari tingginya skor tes IQ. Namun harus juga dilihat dari ketebalan kortikal yang didapat dari semakin kayanya pengalaman hidup seseorang.