Situasi politik di Filipina memanas setelah Wakil Presiden Sara Duterte melontarkan ancaman terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr. Dalam konferensi pers Jumat (22/11), Sara mengancam Marcos Jr dan beberapa pejabat lain jika dirinya dibunuh. Pernyataan tersebut disampaikan penuh emosi di tengah perseteruan dua dinasti politik terkuat di Filipina.
Sara, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, mengaku telah memerintahkan tim keamanannya untuk membunuh Marcos Jr, istrinya Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Martin Romualdez jika dirinya menjadi korban pembunuhan. Romualdez diketahui merupakan sepupu dari Marcos Jr.
Ancaman ini mencuat saat hubungan Sara dan Marcos Jr terus memburuk. Konflik semakin tajam setelah anggaran kantor Wapres dipotong hampir dua pertiga oleh parlemen yang dipimpin Romualdez. Sara juga menghadapi ancaman pemakzulan di DPR Filipina, yang memanas setelah penahanan Kepala Staf Wapres, Zuleika Lopez, atas dugaan campur tangan tidak semestinya dalam pembahasan anggaran.
Dalam konferensi pers itu, Sara menegaskan bahwa ancamannya serius. “Jika saya terbunuh, bunuhlah BBM, Liza, dan Martin. Ini bukan candaan,” katanya. Sara juga menyebut dirinya berada di “wilayah musuh” selama menghadiri sesi parlemen.
Retorika keras ini terjadi setelah hubungan politik antara keluarga Duterte dan Marcos yang dulu kuat mulai hancur. Koalisi mereka sebelumnya mengantarkan kemenangan besar dalam pemilu 2022. Namun, perselisihan semakin memanas menjelang pemilu sela dan pilpres 2028.
Pada Oktober lalu, Sara menuduh Marcos Jr tidak kompeten dan mengaku pernah membayangkan memenggal kepala sang presiden. Tuduhan saling serang juga muncul, termasuk klaim bahwa Marcos Jr adalah pecandu narkoba, sementara Duterte dituduh menggunakan opioid fentanyl jangka panjang.
Sara, yang mengundurkan diri sebagai Menteri Pendidikan pada Juni lalu, terus berselisih dengan Marcos Jr, Romualdez, dan Araneta. Hubungan buruk ini menggambarkan keretakan mendalam dalam politik Filipina, dengan implikasi serius menjelang pemilu mendatang.