UNESCO mencatat indeks minat baca masyarakat Indonesia tahun 2024 hanya 0,001%. Ini berarti, dari 1.000 orang, hanya satu orang yang rajin membaca. Data ini menunjukkan betapa rendahnya perhatian masyarakat terhadap budaya literasi.
Hasil riset World’s Most Literate Nations Ranked oleh Central Connecticut State University pada 2016 juga mengungkapkan hal serupa. Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat baca, di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61). Fakta ini menyoroti lemahnya kesadaran membaca di Indonesia.
Fenomena ini kembali menjadi sorotan setelah unggahan akun @crychiroo di platform X viral. Unggahan itu menampilkan kotak donasi pakaian yang malah diisi sampah. Padahal, tulisan pada kotak itu sangat besar dan jelas. Meski begitu, banyak orang tetap salah menggunakannya, menunjukkan rendahnya budaya membaca dan tanggung jawab sosial.
Unggahan tersebut juga menyinggung desain kotak donasi yang kurang menarik. Namun, pemilik akun menekankan pentingnya memanfaatkan kemampuan membaca untuk memahami informasi sederhana. “Indonesia boro-boro baca buku, baca tulisan sebesar ini saja tidak bisa,” tulis akun tersebut.
Rendahnya minat baca tidak hanya memengaruhi kebiasaan membaca buku, tetapi juga kesadaran masyarakat dalam memahami informasi di lingkungan. Minimnya tanggung jawab ini mencerminkan perlunya peningkatan literasi dan kepedulian sosial di Indonesia.
Meningkatkan budaya membaca bisa menjadi solusi untuk masalah ini. Dengan lebih banyak membaca, masyarakat diharapkan dapat lebih peka terhadap instruksi sederhana dan bertanggung jawab dalam berperilaku. Literasi yang baik bukan hanya soal membaca buku, tetapi juga memahami dan mempraktikkan informasi yang ada di sekitar.