celebrithink.com – Pertanyaan klasik yang sering muncul saat tubuh lelah tapi perut juga keroncongan: lebih penting tidur atau makan? Meski keduanya sama-sama vital untuk hidup sehat, dalam situasi darurat atau harus memilih, tidur bisa jadi lebih krusial daripada makan.
Tidur bukan sekadar waktu istirahat, tapi proses biologis penting yang memengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh, dari fungsi otak, metabolisme, hingga sistem kekebalan. Ketika seseorang tidak tidur selama 24-72 jam, dampaknya bisa sangat serius: sulit konsentrasi, mood berubah drastis, bahkan bisa mengalami halusinasi. Dalam eksperimen ekstrem, tikus yang tidak tidur dalam waktu lama mati lebih cepat daripada tikus yang tidak diberi makan.
Sementara itu, makan tentu penting untuk suplai energi dan nutrisi. Tanpa asupan makanan, tubuh akan menggunakan cadangan energi dari lemak dan otot. Dalam jangka panjang, kurang makan akan menyebabkan penurunan fungsi organ, kekurangan nutrisi, dan bisa berujung pada kematian juga. Namun, tubuh manusia mampu bertahan tanpa makanan selama beberapa hari, bahkan hingga tiga minggu dalam kondisi tertentu—asal masih cukup minum dan tidur.
Analogi mudahnya, tubuh kita seperti mobil:
- Tidur adalah istirahat mesin. Kalau dipaksa terus menyala, mesin bisa overheat dan rusak.
- Makan adalah bahan bakarnya. Tanpa bensin, mesin tak bisa bergerak.
Idealnya, tentu saja tidur dan makan harus berjalan seimbang. Tapi jika harus memilih karena situasi tertentu—misalnya begadang atau puasa—lebih baik tidur terlebih dahulu dan makan setelahnya. Tidur cukup akan memperbaiki metabolisme dan bahkan membantu mengatur rasa lapar dengan lebih sehat.
Jadi, lain kali kamu berada dalam dilema antara tidur atau makan, dengarkan sinyal tubuhmu. Tapi kalau semua terasa sama pentingnya, pilih tidur dulu. Tubuh yang cukup istirahat bisa memutuskan lebih bijak… bahkan soal makan.