celebrithink.com – Muhammadiyah secara resmi telah mengumumkan bahwa awal Ramadan 2025 Masehi / 1446 Hijriah akan jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Selain itu, hari Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 H dipastikan akan dirayakan pada Senin, 31 Maret 2025.
“Berdasarkan perhitungan hisab hakiki wujudul hilal yang menjadi pedoman majelis tarjih dan tajdid Muhammadiyah, 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu Pahing, 1 Maret 2025. Sedangkan 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin Pahing, 31 Maret 2025,” ujar Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, melalui unggahan video di Instagram resmi organisasi tersebut.
Ia juga menambahkan bahwa awal bulan Zulhijah 1446 H diprediksi jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Sementara Hari Arafah atau 9 Zulhijah akan jatuh pada Kamis, 5 Juni 2025. Kemudian, Idul Adha atau 10 Zulhijah 1446 H akan dirayakan pada Jumat, 6 Juni 2025.
Penentuan Awal Ramadan 2025 Berdasarkan Hisab Muhammadiyah
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam menentukan awal bulan hijriah. Menurut perhitungan mereka, saat matahari terbenam pada Jumat, 29 Februari 2025, posisi bulan sudah memenuhi syarat terlihatnya hilal. Oleh karena itu 1 Ramadan 1446 H dipastikan jatuh keesokan harinya, yaitu Sabtu, 1 Maret 2025.
Sementara itu, untuk Idul Fitri, pada saat matahari terbenam pada Sabtu, 29 Maret 2025, hilal belum tampak di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, bulan Ramadan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Pemerintah dan NU Belum Tentukan Tanggal Puasa
Hingga pengumuman ini disampaikan, pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) masih belum menetapkan kapan 1 Ramadan 1446 H dimulai. Pemerintah biasanya menggunakan metode rukyatul hilal atau pengamatan langsung terhadap hilal, berbeda dengan Muhammadiyah yang memakai hisab.
Masyarakat pun menantikan hasil sidang isbat yang akan digelar Kementerian Agama untuk menentukan kapan awal Ramadan 2025 dan Idul Fitri 2025 bagi umat Islam di Indonesia. Biasanya, sidang isbat melibatkan berbagai organisasi Islam, ahli astronomi, serta perwakilan dari berbagai lembaga terkait.
Dengan adanya perbedaan metode ini, kemungkinan besar awal puasa dan Idul Fitri antara Muhammadiyah, NU, dan pemerintah bisa saja berbeda. Namun, perbedaan ini bukanlah hal baru dan umat Islam diharapkan dapat saling menghormati keputusan masing-masing lembaga.