celebrithink.com – Warga Desa Gelam, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, bersama Karang Taruna setempat menggelar aksi demonstrasi damai pada Jumat, 24 Januari 2025. Aksi ini dipicu oleh rencana pihak Mie Gacoan dan PT pengelola parkir yang akan mengganti sistem parkir manual menjadi otomatis dengan menggunakan “Barrier Gate.”
Mereka menolak keras peralihan ini karena dianggap mengancam keberlangsungan ekonomi lokal dan pengurangan pengangguran di desa tersebut. Berikut poin-poin utama dari aksi warga Gelam:
Alasan Penolakan Sistem Parkir Otomatis
- Mengancam Kearifan Lokal
Ketua Karang Taruna, Firman Al Farizi, menyatakan keberatan atas rencana ini. Menurutnya, pengelolaan parkir oleh Karang Taruna telah menjadi bagian dari budaya lokal dan mampu memberdayakan masyarakat. Ia menegaskan bahwa pengelolaan parkir seharusnya tetap melibatkan warga desa agar kesejahteraan tetap terjaga. - Pengurangan Pengangguran Lokal
Firman menekankan bahwa keberadaan Karang Taruna dalam pengelolaan parkir sangat membantu mengurangi angka pengangguran. Sistem otomatis berpotensi menghilangkan lapangan kerja yang selama ini menjadi sandaran hidup bagi banyak warga setempat. - Kurangnya Sosialisasi
Kepala Desa Gelam, Mochamad Muslich, juga mengkritik kurangnya sosialisasi dari pihak pengelola terkait perubahan sistem ini. Ia menegaskan bahwa peralihan sistem parkir tanpa musyawarah hanya akan menciptakan konflik.
Dukungan Kepala Desa
Kepala Desa Gelam, Mochamad Muslich, secara tegas mendukung aksi warga. Ia menolak keras peralihan sistem parkir otomatis yang dikelola oleh PT. Menurutnya, pengelolaan parkir oleh Karang Taruna tidak hanya memberdayakan pemuda lokal tetapi juga meningkatkan ekonomi desa secara signifikan.
Respons Pihak PT
Agung, perwakilan dari PT yang bertugas mengerjakan portal otomatis, mengaku tidak mengetahui adanya penolakan warga. Ia menyatakan bahwa tugasnya hanya sebatas memasang portal sesuai instruksi dari pihak Mie Gacoan.
Penutup
Aksi damai yang dilakukan warga Desa Gelam adalah bentuk perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap mengancam perekonomian lokal. Warga berharap pihak Mie Gacoan dan pengelola parkir bersedia duduk bersama untuk mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. Musyawarah mufakat menjadi kunci agar konflik ini tidak berkepanjangan.