Seringkali, yang diukur bukanlah rasa hormat, melainkan rasa takut anak terhadap orang tua. Ketakutan adalah motivator ekstrinsik yang hanya efektif saat orang tua hadir atau anak merasa akan ketahuan. Semakin banyak ruang yang kita berikan kepada anak untuk bertindak dan termotivasi secara intrinsik oleh nilai-nilai dan harga diri mereka, semakin kuat dan bertahan lama perilaku bijaksana mereka. Berikut adalah cara membantu mereka mencapai hal tersebut:
1. Pahami Tahap Perkembangan Anak: Anak-anak melewati berbagai tahapan perkembangan, termasuk saat mereka cenderung egosentris dan saat mencoba melampaui batas. Pertumbuhan otak dan perkembangan kognitif mereka belum sepenuhnya matang. Saat jaringan otak yang lebih matang belum berkembang, pikiran seringkali mengandalkan amigdala, yang bersifat emosional dan impulsif. Ketika Anda marah pada anak karena tidak memikirkan orang lain, tanpa menyadari bahwa mereka memang belum mampu sepenuhnya melakukan itu, Anda menunjukkan ketidak konsistenan.
2. Temui Mereka di Mana Pun Mereka Berada: Meskipun anak-anak mungkin tidak memikirkan masalah orang dewasa seperti tagihan atau pekerjaan, mereka memiliki dunia internal yang kompleks. Mereka bergulat dengan perkembangan diri dan tekanan sosial untuk menjadi “baik, pintar, dan sukses.” Mereka sering merasa diawasi dan dihakimi oleh semua orang di sekitar mereka.
3. Akui Kesalahan Anda: Empati dan kebijaksanaan berkembang melalui pengalaman, terutama melalui kesalahan kita sendiri. Beri tahu anak-anak Anda tentang kesalahan yang pernah Anda lakukan, saat Anda tidak bijaksana atau kasar. Ceritakan bagaimana perasaan Anda saat itu dan bagaimana perasaan Anda sekarang. Diskusikan bagaimana rasanya diperlakukan dengan buruk dan bagaimana cara memaafkan. Jika Anda kehilangan kendali, segera minta maaf dan jelaskan bagaimana Anda ingin menangani situasi tersebut di masa depan. Tunjukkan pada mereka bahwa Anda juga manusia.
4. Tangkap Basah Ketika Mereka Berbuat Baik: Bayangkan jika, sekeras apapun Anda berusaha berbuat baik, selalu ada yang menekankan kesalahan Anda. Anda tentu akan lebih menghormati orang yang memberikan dukungan dan berusaha lebih keras untuk menyenangkan mereka. Sadari dan hargai perbuatan baik anak Anda. Beri tahu mereka bahwa Anda melihat usaha mereka. Bahkan, beri tahu mereka ketika Anda awalnya bereaksi negatif, tetapi kemudian menyadari cara yang lebih baik untuk merespons. Ini adalah cara ideal untuk mencontohkan perilaku yang Anda harapkan dan sekaligus mendapatkan rasa hormat mereka.
5. Tetapkan Konsekuensi yang Sesuai: Hukuman semata-mata bersifat menghukum dan tidak mendidik. Misalnya, jika seorang remaja tidak menjawab telepon ibunya dan dihukum, ia belajar bahwa orang yang lebih besar dan lebih kuat dapat mendefinisikan “benar” dan “salah” secara sewenang-wenang. Ia juga belajar untuk takut atau untuk berkuasa atas orang lain.
6. Percayalah Bahwa Mereka Akan Menemukan Jalannya: Biarkan anak Anda mempercayai naluri mereka sendiri. Biarkan mereka membuat kesalahan saat konsekuensinya masih kecil. Biarkan mereka belajar tanggung jawab dan motivasi intrinsik sedini mungkin. Kemandirian berasal dari kepercayaan pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Dorong mereka untuk berpikir berbeda dari Anda, karena itu adalah bagian dari pertumbuhan.
7. Pahami Motif Mereka (Atau Setidaknya, Cobalah): Tugas anak bukanlah menyetujui Anda tanpa berpikir. Jika Anda menghargai pemikiran inovatif mereka, mereka akan lebih cenderung mendengarkan dan menghormati pendapat Anda. Generasi muda saat ini cenderung lebih toleran, tidak rasis, lebih inklusif, kurang melakukan kekerasan, berorientasi pada pertumbuhan, lebih terbuka, autentik, dan intuitif dibandingkan generasi sebelumnya. Hargai kualitas-kualitas ini dan bangunlah komunikasi yang didasari saling pengertian dan respek.