Celebrithink.com – Pembongkaran makam wali lima di Desa Gayung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, menjadi perbincangan hangat. Makam yang sering dikunjungi peziarah itu dianggap palsu dan menyesatkan. Langkah ini diinisiasi oleh Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI), yang bertujuan meluruskan sejara
Latar Belakang Pembongkaran
Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI) memimpin pembongkaran lima makam pada Minggu (12/1). Ketua Harian PWI, Budi Cahyono, menyatakan makam tersebut tidak memiliki jasad dan hanya buatan seseorang. “Makam ini palsu, kami bongkar agar tidak menyesatkan sejarah,” kata Budi.
Pembongkaran dilakukan melalui diskusi panjang antara PWI dan warga sekitar. Langkah ini mendapat dukungan dari sebagian masyarakat, meskipun tetap ada perdebatan.
Sejarah dan Fungsi Makam
Menurut Sunarsih, warga setempat, makam itu dibuat oleh seorang tokoh masyarakat bernama Qosim pada 2009. Makam tersebut diklaim sebagai peninggalan leluhur dan menjadi tempat ziarah rutin setiap Jumat Pahing.
Namun, Ketua RT setempat, Agus Supriyanto, mengungkapkan bahwa lokasi makam dulunya adalah tempat pembuatan batu bata. Hal ini memperkuat dugaan bahwa makam tersebut tidak autentik.
Dukungan dan Kontroversi
Pembongkaran makam ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Bagi sebagian warga, langkah ini diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman sejarah. Namun, bagi peziarah yang meyakini keberkahan makam tersebut, tindakan ini dirasa mengecewakan.
Perspektif Baru: Pentingnya Meluruskan Sejarah
Kasus ini menunjukkan pentingnya pelurusan sejarah, terutama terkait tempat-tempat sakral. Kesalahan dalam mengidentifikasi sejarah dapat menciptakan kepercayaan yang keliru di masyarakat. Di sisi lain, dialog terbuka antara pihak yang terlibat menjadi kunci untuk menyelesaikan perbedaan pandangan tanpa konflik.
Pembongkaran makam wali lima di Ngawi menjadi langkah kontroversial yang menarik perhatian. Keputusan ini diharapkan dapat meluruskan sejarah, meskipun tidak semua pihak setuju. Ke depan, edukasi mengenai sejarah lokal perlu ditingkatkan untuk menghindari kesalahpahaman serupa.
