Wika Primi Rahayu, seorang guru di SMAN 16 Luwu Utara, Sulawesi Selatan, baru-baru ini menjadi viral setelah mengunggah sebuah video protes terhadap kualitas tulisan siswa SD. Dalam video tersebut, Wika mengungkapkan kekesalan karena banyak siswa SMA yang tulisannya sulit dibaca meskipun sudah naik ke kelas XII. Wika menilai bahwa ini menjadi masalah serius yang harus segera diatasi.
Dalam video tersebut, Wika menyampaikan, “Tolong ajari siswa menulis karena di SMA, tulisan mereka sangat sulit dibaca. Ini sudah kelas XII, tapi tulisan mereka tidak bisa dibaca.” Ia menunjukkan contoh tulisan siswa yang dianggapnya tidak teratur dan tanpa spasi yang jelas. Wika meminta para guru SD dan orang tua untuk lebih memperhatikan pembelajaran menulis anak-anak mereka. Ia berharap agar masalah ini tidak berlanjut hingga jenjang SMA.
Banyak netizen yang menyetujui pernyataan Wika, tetapi tidak sedikit juga yang mengkritik ekspresi dan cara penyampaiannya. Sebagian berpendapat bahwa Wika seharusnya lebih berhati-hati dalam berbicara, terutama sebagai seorang pendidik. Beberapa netizen bahkan menyebut Wika sebagai guru arogan yang sok tahu. Kritik tajam datang dari Fenny AP yang mengatakan bahwa tugas seorang guru tidak hanya mengkritik, tetapi juga berempati dengan kondisi anak didiknya. Selain itu, Hanik, seorang guru SD, merasa bahwa Wika telah merendahkan profesi guru SD dengan pernyataannya yang kurang bijaksana.
Menyadari kontroversi yang muncul akibat videonya, Wika segera membuat video permintaan maaf. Dalam video tersebut, ia menyampaikan, “Saya meminta maaf jika ekspresi saya menyinggung beberapa pihak. Saya tidak bermaksud menyalahkan siapapun. Mari kita bersama-sama mendidik anak-anak dengan penuh perhatian dan kasih sayang.” Wika juga menekankan pentingnya membimbing siswa agar menjadi cerdas dan berkarakter sebagai tujuan utama pendidikan.
Tanggapan netizen atas permintaan maaf Wika cukup beragam. Beberapa berpendapat bahwa kritik Wika mengenai tulisan siswa memang relevan, tetapi cara penyampaiannya perlu diperbaiki. Ada pula yang membandingkan masalah tulisan siswa dengan tulisan dokter yang juga sulit dibaca meskipun sudah berpendidikan tinggi. Meskipun demikian, banyak yang merasa bahwa masalah pendidikan harusnya diselesaikan secara bersama-sama antara guru, orang tua, dan masyarakat.
Wika Primi Rahayu berasal dari Masamba, Luwu Utara, dan mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di SMAN 16 Luwu Utara. Ia adalah alumni Universitas Negeri Makassar (UNM) dan aktif mengunggah berbagai konten di media sosial. Kini, Wika telah dipanggil oleh Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan untuk dimintai keterangan terkait video yang viral tersebut.