Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi menghadapi tekanan signifikan setelah Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden AS pada Januari 2025. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyebutkan volatilitas ini bisa berlangsung hingga enam bulan, seperti yang terjadi saat Trump menjabat di periode pertama. “Tekanan masih besar, terutama tergantung pergerakan dolar AS. Biasanya, market mulai stabil setelah membaca pola kebijakan baru,” ujarnya dalam acara BIRAMA 2024 di Jakarta.
Tak hanya itu, Andry juga memproyeksi adanya kebijakan tak terduga dari pemerintah AS yang bisa menambah dinamika pasar valas domestik. Hal ini dinilai memerlukan sinergi kuat antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah dalam menciptakan instrumen keuangan yang lebih beragam untuk menjaga kestabilan.
Firman Mochtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, menegaskan bahwa bank sentral terus memantau pergerakan rupiah agar volatilitas tetap terkendali. “Kami melakukan intervensi langsung di pasar spot, DNDF, dan pasar sekunder untuk menjaga stabilitas,” katanya. BI juga mempertahankan BI Rate dengan fokus utama pada kestabilan ekonomi.
Data terkini menunjukkan nilai tukar rupiah ditutup melemah di level Rp 15.905 per dolar AS, turun 58 poin atau 0,37 persen. Dalam konteks ini, langkah strategis BI sangat penting untuk mengantisipasi dampak kebijakan luar negeri AS, sekaligus menjaga kepercayaan pasar terhadap rupiah di tengah ketidakpastian global.