Elisa Sutanudjaja, Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies, menyatakan bahwa akses di Jakarta Utara tergolong buruk jika dibandingkan dengan wilayah lain. Ia menegaskan, Jakarta Utara tidak cocok menjadi lokasi Balai Kota Jakarta, seperti yang diwacanakan oleh calon gubernur Ridwan Kamil. Menurutnya, akses di daerah tersebut sangat terbatas, terutama di kawasan Penjaringan dan Pademangan yang sulit dijangkau.
Elisa mengungkapkan bahwa jika Balai Kota dipindahkan ke Ancol, hal itu justru akan memperburuk kondisi. Akses menuju lokasi tersebut akan semakin terbatas, dan biaya tambahan untuk mengaksesnya juga akan meningkat. “Kalau misalnya mau memasukkan Balai Kota ke Ancol, kita harus bayar, itu malah makin buruk,” ujar Elisa. Ia berpendapat, Jakarta Utara lebih sulit diakses dibandingkan dengan wilayah lain di Jakarta, seperti Jakarta Pusat yang memiliki transportasi publik lebih terintegrasi.
Elisa juga menjelaskan bahwa akses terbaik saat ini justru ada di Jakarta Pusat. Berbagai moda transportasi sudah terhubung dengan baik, termasuk pembangunan MRT yang akan melintas di Monas. “Dengan adanya MRT baru, akses ke Jakarta Pusat akan lebih cepat dan mudah. Jadi, pemindahan Balai Kota ke Jakarta Utara tidak masuk akal,” kata Elisa. Wacana tersebut, menurutnya, hanya akan menambah masalah dan tidak menyelesaikan isu yang ada.
Topik ini juga menjadi bagian dari debat Pilkada Jakarta 2024, ketika Cagub Pramono Anung mempertanyakan komitmen Ridwan Kamil terkait pemindahan Balai Kota. Dalam debat tersebut, Ridwan Kamil mengemukakan bahwa Jakarta Utara memiliki potensi besar untuk menjadi pusat bisnis, salah satunya dengan mengembangkan kawasan Ancol. Ia menambahkan, Ancol memiliki hak atas 200 hektar lahan yang dapat digunakan untuk membangun pusat bisnis, dengan kantor pemerintahan dan BUMD sebagai anchor tenant.
Namun, Elisa menyatakan bahwa wacana ini terlalu mengada-ada dan lebih merupakan sebuah imajinasi tanpa mempertimbangkan realitas akses yang ada di Jakarta Utara. Wacana pemindahan Balai Kota ke Jakarta Utara ini dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan transportasi dan infrastruktur yang ada di Jakarta. Pemindahan semacam itu dianggap tidak akan menyelesaikan masalah yang lebih mendasar terkait dengan pemerataan pembangunan dan aksesibilitas di Jakarta.
Debat ketiga Pilkada Jakarta 2024 juga membahas tema tentang lingkungan perkotaan dan perubahan iklim. Debat tersebut diikuti oleh tiga pasangan calon: Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung-Rano Karno. Wacana pemindahan Balai Kota menjadi salah satu topik yang mendapat sorotan tajam dalam perdebatan tersebut.