Nabilla Aprillya kini menjadi sorotan publik setelah namanya muncul di media sosial X, memicu berbagai spekulasi dan kontroversi. Isu ini berawal dari unggahan akun anonim @dhemit_is_back01, yang menyatakan bahwa Nabilla diduga menjadi korban kekerasan oleh seorang ketua umum partai politik. Komentar tajam pun muncul, seperti dari akun Instagram @partaisosmed yang menyatakan, “Cantik gini seharusnya disayang bukan dihantam,” disertai foto Nabilla yang menawan.
Sebagai seorang model dan selebgram yang pernah menjalin hubungan dengan Youtuber terkenal, Atta Halilintar, Nabilla telah membangun citra publik yang kuat. Dengan lebih dari 1,2 juta pengikut, setiap langkahnya menjadi perhatian. Namun, langkahnya untuk kembali ke dunia fashion tanpa hijab setelah putus dari Atta memicu perdebatan di kalangan penggemar dan masyarakat. Di satu sisi, banyak yang mendukung kebebasan berekspresi, sementara di sisi lain, ada yang menganggap keputusannya sebagai kontroversi.
Di tengah kerumitan ini, pengacara Sunan Kalijaga mengumumkan niatnya untuk mendampingi Nabilla dalam proses hukum. Ia menyatakan, “Malam ini saya mendampingi perempuan publik figur yang menjadi korban kekerasan penganiayaan yang menurut korban, pelakunya diduga ketua umum partai,” menggambarkan dukungan kepada Nabilla sebagai tindakan penting untuk keadilan. Ini menunjukkan betapa pentingnya perlindungan hukum bagi para publik figur, terutama dalam menghadapi isu-isu serius seperti kekerasan.
Isu kekerasan terhadap perempuan di Indonesia menjadi perhatian utama, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh banyak wanita dalam masyarakat. Dalam konteks ini, dukungan dan solidaritas terhadap korban sangat penting untuk memerangi stigma serta mendorong perubahan sosial. Kita perlu menyadari bahwa setiap suara, termasuk suara Nabilla, berpotensi mempengaruhi persepsi publik dan memperjuangkan hak-hak perempuan di negeri ini.