PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food mengkaji susu ikan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan susu dalam ‘Program Makan Bergizi Gratis’. Namun, Dr. Epi Taufik, ahli Biokimia Susu dan dosen Fakultas Peternakan IPB, menyatakan belum pernah mendengar istilah susu ikan dalam dunia ilmu pengetahuan. “Setahu saya, di dunia belum ada istilah susu ikan,” ujar Epi pada Senin, 9 September 2024.
Epi mempertanyakan penerimaan konsumen terhadap susu ikan. Menurutnya, produk seperti susu kedelai, oat, atau almond telah banyak dikonsumsi di dunia, sedangkan susu ikan belum jelas palatabilitasnya. Meski demikian, dia tidak menentang inovasi pengembangan susu ikan, namun mengingatkan agar tidak mengaitkannya dengan program susu gratis yang biasanya menggunakan susu sapi atau hewan lainnya.
Menurut Epi, susu ikan mungkin berasal dari ekstrak protein ikan, tetapi secara definisi, tidak dapat dianggap sebagai susu. Berdasarkan standar CODEX Alimentarius (CODEX STAN 206-1999), susu adalah sekresi dari hewan mamalia yang diperoleh melalui pemerahan, tanpa tambahan bahan lain. Oleh karena itu, istilah “susu ikan” lebih cocok disebut sebagai minuman protein daripada susu.
Epi menjelaskan bahwa susu ikan, meskipun bisa kaya protein, memiliki tekstur dan cita rasa yang berbeda dibandingkan dengan susu hewan. Kandungan proteinnya tergantung dari proses pembuatannya, dan lemak dalam susu ikan, terutama omega-3, memiliki manfaat kesehatan bagi jantung dan otak. Namun, konsentrasi omega-3 yang tinggi dan rasa khasnya bisa membuatnya kurang diminati untuk konsumsi harian.
Susu ikan juga mengandung mineral penting, meskipun tidak menawarkan keunggulan kalsium yang tinggi seperti susu hewan. Sebagai perbandingan, dalam 100 ml susu sapi, terdapat sekitar 120 mg kalsium, serta mineral lainnya seperti fosfor, magnesium, dan kalium yang penting untuk fungsi saraf dan otot.
Epi juga menyoroti potensi susu ikan sebagai sumber vitamin A dan D, terutama dari ikan berlemak seperti salmon. Namun, ketersediaan vitamin ini tergantung pada proses produksi. Bagi mereka yang alergi terhadap laktosa, susu ikan bisa menjadi alternatif, meskipun masih jarang digunakan sebagai pengganti utama dalam konsumsi harian. Dalam kesimpulannya, Epi menggarisbawahi bahwa susu ikan belum dikenal luas, dan perlu penelitian lebih lanjut sebelum dapat menjadi bagian dari program nutrisi nasional.