Sejarah mencatat bahwa terdapat dua versi teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Yang pertama adalah teks asli tulisan tangan Presiden Sukarno. Versi kedua adalah teks yang telah diketik oleh Sayuti Melik. Namun, tak banyak yang mengetahui bahwa teks asli yang ditulis oleh Sukarno sempat dibuang ke tong sampah.
Pada dini hari 17 Agustus 1945, pukul 04.00 WIB, Sukarno menyelesaikan teks proklamasi. Teks ini nantinya akan dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Setelah menulisnya di selembar kertas, Sukarno menyerahkan teks tersebut kepada Sayuti Melik untuk diketik.
Setelah teks asli diketik, Sayuti Melik merasa kertas tulisan tangan Sukarno tidak diperlukan lagi. Ia pun meremas dan membuangnya ke tong sampah. Beruntung, teks tersebut berhasil diselamatkan oleh seorang perempuan asal Aceh bernama BM Diah, seorang wartawan yang ikut mendokumentasikan momen penting tersebut.
Andaryoko Wisnuprabu, yang mengaku sebagai tokoh pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA) Supriyadi, menceritakan kisah ini kepada detikcom pada 12 Agustus 2008. Menurutnya, setelah mengetik teks, Sayuti Melik membuang naskah asli yang ditulis oleh Sukarno ke tempat sampah. Namun, BM Diah menyelamatkan naskah tersebut dan menyimpannya selama 47 tahun sebelum akhirnya diserahkan kepada pemerintah.
Teks proklamasi asli yang ditulis tangan oleh Sukarno ini berbunyi:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-08-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia
Setelah disimpan selama hampir lima dekade oleh BM Diah, teks tersebut akhirnya diserahkan kepada museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Sudah lebih dari 30 tahun ANRI merawat keberadaan teks asli proklamasi ini. Teks tersebut disimpan di tempat penyimpanan khusus dengan suhu ruangan 18-20 derajat celcius sesuai standar untuk daerah tropis.
Teks asli Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ini adalah salah satu bukti sejarah yang sangat berharga. Meskipun sempat diabaikan, kini naskah ini menjadi salah satu dokumen penting yang dijaga dengan ketat oleh ANRI. Keberadaannya mengingatkan kita akan perjuangan panjang yang dilalui bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
