Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali memperingatkan potensi gempa besar di Indonesia. Peringatan ini mencuat setelah gempa dahsyat mengguncang Jepang pada Kamis, 8 Agustus 2024, di Pulau Kyushu. BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap gempa megathrust, jenis gempa bumi besar yang terjadi di zona subduksi.
Gempa megathrust terjadi ketika dua lempeng tektonik bumi bertemu di zona subduksi. Biasanya, kedua lempeng tersebut terus bergerak saling mendekati, namun bisa terjebak di titik pertemuan mereka. Ketika regangan melebihi gesekan di antara lempeng, gempa megathrust besar pun terjadi. Contoh gempa megathrust di luar Indonesia termasuk gempa Cascadia dengan kekuatan hingga 9 skala Richter, gempa Chile pada 1960 dengan kekuatan 9,5, dan gempa Alaska pada 1964 dengan kekuatan 9,2.
Zona megathrust di dunia memiliki waktu pengulangan yang bervariasi. Di zona subduksi Cascadia, telah teridentifikasi 13 gempa megathrust dalam 6.000 tahun terakhir, rata-rata satu peristiwa setiap 500 hingga 600 tahun. Namun, kejadian gempa tidak selalu teratur; beberapa terjadi dalam jarak waktu 200 tahun, sementara yang lain hingga 800 tahun. Gempa terakhir terjadi 300 tahun yang lalu.
Gempa megathrust juga dapat memicu tsunami. Gerakan vertikal di dasar laut akibat gempa ini mampu memindahkan sejumlah besar air, yang kemudian bergerak sebagai tsunami. Penelitian terbaru melaporkan bahwa jika terjadi gempa besar di megathrust Nankai, kemungkinan gempa besar lainnya di sekitar wilayah tersebut meningkat hingga 3.600 kali lipat dalam waktu seminggu.
Di Indonesia, terdapat beberapa wilayah yang berpotensi dilanda gempa megathrust besar. BMKG saat ini tengah memantau wilayah Megathrust Mentawai-Siberut dan Megathrust Selat Sunda, yang terakhir kali mengalami gempa lebih dari ratusan tahun lalu. Berdasarkan peta BMKG, terdapat 13 zona megathrust yang tersebar di Indonesia. Beberapa zona ini telah mengalami segmentasi ulang, seperti Segmen Mentawai yang kini terbagi menjadi Segmen Mentawai-Siberut dan Segmen Mentawai-Pagai. Zona megathrust di Pulau Jawa juga terbagi menjadi tiga segmen: Selat Sunda-Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah-Jawa Timur.
Zona megathrust bukanlah hal baru di Indonesia. Zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu, bersamaan dengan terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia. Zona megathrust berada di wilayah subduksi aktif, seperti Subduksi Sunda yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan Subduksi Utara Papua.
Potensi gempa di segmen-segmen megathrust Indonesia kini sudah dapat dikenali. Meskipun demikian, tidak semua gempa di zona megathrust berkekuatan besar. BMKG mencatat bahwa “gempa kecil” lebih sering terjadi di zona ini. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa zona megathrust, terutama di sekitar Pulau Jawa, memiliki potensi memicu tsunami setinggi puluhan meter.
Dengan kondisi ini, penting bagi masyarakat Indonesia untuk selalu waspada dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya gempa besar. Kewaspadaan terhadap potensi bencana, seperti tsunami, harus ditingkatkan untuk mengurangi risiko kerugian yang lebih besar.