Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben Gvir, memimpin ribuan warga Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki. Aksi ini dilakukan untuk memperingati hari raya Yahudi, namun menuai kecaman internasional.
Ben Gvir dikenal kerap menentang larangan lama pemerintah Israel yang melarang ibadah Yahudi di kompleks Al-Aqsa. Dalam sebuah video yang direkam selama kunjungannya pada Selasa (13/8), ia bersumpah untuk “mengalahkan Hamas” di Gaza.
Kompleks Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan simbol identitas nasional Palestina. Di sisi lain, tempat ini juga dianggap suci oleh umat Yahudi, sebagai lokasi Kuil Suci yang dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi. Meskipun non-Muslim diizinkan mengunjungi kompleks ini pada jam tertentu, mereka dilarang berdoa atau menunjukkan simbol keagamaan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, larangan ini sering dilanggar oleh kelompok nasionalis religius garis keras seperti Ben Gvir, yang memicu ketegangan dengan warga Palestina. Foto-foto yang diunggah di media sosial menunjukkan Ben Gvir berada di dalam kompleks masjid, sementara beberapa warga Israel terlihat melakukan ritual Talmud.
Dalam pernyataan video yang diunggah di media sosial X, Ben Gvir menegaskan penolakannya terhadap segala bentuk gencatan senjata dalam konflik Gaza. Ia menekankan pentingnya memenangkan perang ini tanpa terlibat dalam perundingan damai yang didukung Amerika Serikat.
Ben Gvir mengatakan bahwa Israel harus mengalahkan Hamas dan membuat mereka bertekuk lutut. Kunjungannya ke kompleks Al-Aqsa bertepatan dengan peringatan Tisha Be’Av, hari berkabung Yahudi yang memperingati penghancuran Kuil Suci.
Kunjungan Ben Gvir mendapat kecaman keras dari negara-negara Muslim serta kekuatan Barat, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyebut tindakan Ben Gvir sebagai “pengabaian mencolok” terhadap status quo di situs tersebut dan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencegah tindakan serupa.
Blinken menekankan bahwa tindakan provokatif ini hanya akan memperburuk ketegangan di saat yang krusial. Ia menyoroti bahwa saat ini, fokus utama harus tertuju pada upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata di Gaza, membebaskan sandera, dan menciptakan stabilitas regional.
Kementerian Luar Negeri Yordania juga mengutuk tindakan Ben Gvir, menyebutnya sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.” Mereka menegaskan perlunya sikap internasional yang jelas dan tegas dalam mengutuk pelanggaran ini.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang mewakili negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, juga mengecam keras kunjungan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai “provokasi terhadap perasaan umat Muslim di seluruh dunia.”
Farhan Haq, juru bicara Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menegaskan bahwa PBB menentang segala upaya untuk mengubah status quo di tempat-tempat suci. Ia menambahkan bahwa perilaku semacam ini sangat provokatif dan tidak membantu.
Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, juga mengecam tindakan Ben Gvir sebagai provokasi yang tidak dapat diterima. Ia menegaskan bahwa Uni Eropa mengutuk keras tindakan tersebut, yang hanya akan memperburuk situasi di wilayah yang sudah tegang.