Tradisi Bubur Asyura, Menjaga Warisan Leluhur dan Mempererat Silaturahmi

Pict by Pinterest

Setiap tanggal 10 Muharam, sebagian masyarakat Muslim Indonesia merayakan dengan membuat Bubur Asyura. Bubur ini dibuat dalam porsi besar dan dibagikan ke warga sekitar. Bubur Asyura terbuat dari nasi yang dicampur kacang-kacangan dan bahan lainnya.

Tradisi ini berasal dari masa Kesultanan Siak ke-11 dan dilanjutkan pada masa Sultan Siak ke-12. Namun, pada tahun 80-an, tradisi ini mulai menghilang. Selain membuat bubur, sultan-sultan pada bulan Muharam juga berpuasa sunnah dan berbuka dengan Bubur Asyura. Pada petang hari, bubur dibuat untuk berbuka puasa sunnah 10 Muharam. Setelah itu, sultan bersedekah.

Di Siak, tradisi memasak Bubur Asyura pernah dilakukan bersama guru dan masyarakat di sepanjang jalan turap hingga depan Istana Siak. Mereka memasak lebih dari 1.000 porsi bubur, sehingga tradisi ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).

Tradisi ini masih dilanjutkan hingga kini dengan acara sedekah Bubur Asyura di Istana Siak setiap tanggal 10 Muharam. Bubur Asyura khas Aceh menggunakan 41 jenis bahan dan rempah. Di antaranya sayuran, beras, jagung, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, ketela pohon, kacang tanah, pisang, dan ubi jalar. Bumbu yang dipakai meliputi bumbu gulai, daun pandan, serai, kayu manis, dan garam.

Pembuatannya membutuhkan waktu lebih dari tiga jam sebelum siap disajikan dan dibagikan kepada masyarakat. Tradisi memasak Bubur Asyura setiap tanggal 10 Muharam memiliki makna rasa syukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan. Karena dimasak secara bergotong-royong, momen ini menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antar warga dan menumbuhkan jiwa sosial.

Populer video

Berita lainnya