Mitos dan Makna Spiritual Malam 1 Suro, Weton “Tulang Wangi” dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
Pict by Pinterest

Memasuki bulan Suro, banyak yang percaya bahwa orang yang memiliki weton “tulang wangi” memerlukan kewaspadaan ekstra. Ini dikarenakan tingkat sensitivitas dan kepekaan yang tinggi terhadap makhluk halus, menurut kalender Jawa yang masih dipatuhi masyarakat Jawa hingga sekarang.

Weton “tulang wangi” terdiri dari Kamis Wage, Sabtu Legi, Minggu Pon, Minggu Kliwon, Rabu Pahing, Rabu Kliwon, Selasa Legi, Senin Kliwon, Senin Wage, dan Senin Pahing. Individu dengan weton ini diyakini memiliki karakter yang kuat dan positif, serta beragam bakat yang menonjol dalam kehidupan mereka.

Menurut kepercayaan, weton tulang wangi juga memiliki aroma tubuh yang menyenangkan bagi jin dan makhluk halus lainnya. Pada malam 1 Suro, mereka yang memiliki weton ini diyakini lebih peka terhadap kehadiran makhluk ghaib. Bahkan, beberapa orang yang memiliki indra keenam dapat melihat wujud makhluk halus tersebut dengan jelas.

Lakon Story, akun horor terkenal, mengungkapkan bahwa pemilik weton tulang wangi sering merasakan gejala aneh menjelang malam 1 Suro, seperti nyeri tubuh, lemas, kesulitan tidur, rasa gelisah, mendengar suara aneh di telinga, dan sensasi panas di belakang leher.

Meskipun terdapat banyak mitos negatif seputar malam 1 Suro, seperti kesialan dan waktu yang kurang baik untuk memulai usaha atau acara besar, masyarakat Jawa juga meyakini bahwa malam tersebut bisa menjadi kesempatan untuk memperoleh energi spiritual yang kuat melalui tirakat atau meditasi.

Dalam pandangan Muhammad Solikhin dalam bukunya, “Misteri Bulan Suro dalam Perspektif Islam Jawa”, bulan Suro dipandang sakral dengan nuansa mistis. Malam 1 Suro dianggap sebagai waktu di mana gerbang dunia gaib terbuka, memungkinkan makhluk halus untuk keluar dari tempat tinggal mereka.

Secara keseluruhan, meskipun dipenuhi dengan mitos dan kepercayaan yang beragam, malam 1 Suro tetap menjadi momen penting dalam budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa. Bagi mereka yang memiliki weton “tulang wangi”, kepekaan dan kewaspadaan terhadap energi spiritual dan kehadiran makhluk gaib menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.