Baru-baru ini netizen dihebohkan dengan kasus seorang ustadz yang memperkosa beberapa santri perempuannya sampai hamil dan melahirkan di pesantren yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi mereka. Apakah salah seseorang menjadi wanita? Apakah salah seseorang ditakdirkan menjadi wanita? Di Indonesia khususnya bias ini sangat kental dan mengakar karena budaya yang sudah terlanjur mengakar di benak warga Indonesia. Praktik patriarki nyatanya ada di sekeliling kita dan dari orang terdekat kita.
Seharusnya, pria dan wanita sama kedudukannya, seimbang tapi pada kenyataanya sikap superior pada pria lebih dominan. Sebagai contoh di lingkungan kantor, pegawai pria dipandang lebih cepat naik posisi daripada wanita karena pria dianggap lebih logis dan cekatan daripada wanita. Sedangkan wanita dianggap kurang dalam hal tersebut lebih lagi adanya gap bahwa wanita nantinya akan melahirkan, akan cuti, akan mengurus anak dan sebagainya. Yang mana memposisikan wanita harus memilih jenis pekerjaan yang kira-kira tidak akan mengganggu stabilitas kantor seperti pengajuan cuti melahirkan, cuti haid dan lain-lain. Seorang CEO didominasi oleh pria karena kapabilitasnya untuk bepergian dan kapasitasnya untuk memimpin. Seperti pendapat seorang feminis Laura Mulvey tentang the male gaze, pada kenyataannya wanita menghadapi masalah di lingkungannya. Pria menjadikan wanita sebagai subjek passive yang mana hanya untuk dipandang sehingga tidak menerimanya sebagai wanita utuh yang juga memiliki persamaan hak dengan pria. Tidak percaya? Buktinya di dunia seni pun, karya-karya yang kita tonton sejak kecil di televisi sudah banyak Male Gaze terjadi contohnya seorang pria catcalling wanita lajang lumrah di sinetron lalu si pihak perempuan menikmati aktivitas tersebut. Padahal kalo di dunia nyata sudah pasti si korban sangat risih dibuatnya. Makanya masyarakat menormalisasi hal tersebut, padahal itulah pelecehan seksual! Masih ingat Harley Quinn di film Suicide Squad kan? See, di film itu menampilkan adegan dimana Harley Quinn ganti baju dan semua pria menatapnya. Hmm.. she just be a subject to them right? Karena apa? Karena film itu dibuat oleh pria dan merupakan fantasi dari pria itu sendiri. Padahal di dalam islam pria dan wanita diciptakan sederajat. Dalam sejarah bangsa Arab saat itu perempuan dianggap tidak penting dan memiliki derajat yang rendah dibanding pria. Semua hal itu diubah oleh islam dengan meninggikan derajat mereka. Umar Bin Khottab sendiri mengatakan “kami semula tidak menganggap (penting, terhormat ) kaum perempuan. Ketika Islam datang dan Allah menyebut mereka, kami baru menyadari bahwa ternyata mereka juga memiliki hak- hak mereka atas kami”.
Terlepas dari Male Gaze, sebenarnya keadaan ini sudah lama terjadi namun baru trending topic akhir-akhir ini. SUJUD sangat concern dengan issue tersebut yang mana SUJUD menargetkan wanita sebagai target market agar lebih bebas bereksplorasi dan mengeksplorasi dunia luar dengan aman. Biarkan mereka percaya bahwa dunia luar aman untuk wanita. Menjadi perhatian kita agar lebih berhati-hati lagi. Khususnya para pria untuk lebih menghormati wanita sebagai human being. Bukan sebagai subyek pasif untuk eksploitasi. Bahkan firman Allah dalam surat An-Nur ayat 30-31 Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Wanita juga berhak aman dan mempunyai tempat aman. Jadi merdekakan mereka dengan memberi ruang untuk aman.