Celebrithink.com – Star Syndrome merupakan kondisi dimana seseorang merasa sempurna, mengagumkan, dan terkenal. Padahal kenyataannya tidak. Secara medis, kondisi ini dikenal juga dengan sebutan gangguan kepribadian narsistik. Penting mengetahui gejalanya dan mencari bantuan profesional untuk menangani star syndrom. Melansir laman halodoc, berikut ciri-ciri orang yang mengidap star syndrome.
Merasa superior secara berlebihan
Merasa superior adalah ciri khas narsisme. Bukan sekadar sombong biasa, rasa superior yang dimiliki seringkali tak realistis. Mereka percaya bahwa mereka unik atau istimewa, dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang spesial lainnya. Mereka hanya ingin bergaul dan diasosiasikan dengan orang, tempat, dan benda lain yang berstatus tinggi.
Orang dengan Star Syndrome juga percaya bahwa mereka lebih baik dari orang lain dan mengharapkan pengakuan. Mereka akan sering melebih-lebihkan atau berbohong tentang prestasi dan bakat mereka.
Hidup dalam fantasi
Oang dengan sindrom ini bisa dibilang hidup di dunia fantasi. Mereka sering memutar fantasi tentang kesuksesan yang seolah tak terbatas, daya tarik, kecemerlangan, dan hal-hal yang membuat mereka merasa istimewa. Fantasi ini melindungi mereka dari perasaan kekosongan batin dan rasa malu, sehingga fakta dan pendapat yang bertentangan dengan mereka diabaikan atau dirasionalisasi.
Butuh pujian yang konstan
Pujian sesekali saja tidak cukup. Mereka yang mengidap sindrom ini merasa perlu pujian untuk ego mereka, sehingga mereka cenderung senang bersama orang yang bersedia memujanya dan memenuhi keinginan obsesif mereka.
Merasa berhak untuk apapun
Orang dengan star syndrome mengharapkan perlakuan yang baik sebagai hak mereka. Mereka benar-benar percaya bahwa apa pun yang diinginkan, harus didapatkan. Mereka juga mengharapkan orang-orang di sekitar mereka untuk secara otomatis menuruti setiap keinginan dan keinginan mereka.
Mengeksploitasi orang lain tanpa rasa bersalah
Orang yang mengidap star syndrome tidak pernah mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi perasaan orang lain. Mereka juga tidak bisa menempatkan diri mereka pada posisi orang lain. Dengan kata lain, mereka kurang empati. Dalam banyak hal, mereka memandang orang-orang dalam kehidupan mereka sebagai objek yang harus melayani kebutuhan mereka.
Akibatnya, mereka tidak berpikir dua kali untuk mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Kadang-kadang eksploitasi antarpribadi ini berbahaya, tetapi seringkali tidak disadari. Orang dengan kondisi ini juga sama sekali tidak memikirkan bagaimana perilaku mereka memengaruhi orang lain.
Sering meremehkan orang lain
Orang dengan kondisi ini merasa terancam setiap kali bertemu dengan seseorang yang tampaknya memiliki kelebihan. Terutama mereka yang percaya diri dan populer. Mekanisme pertahanan mereka adalah penghinaan. Satu-satunya cara untuk menetralisir ancaman dan menopang ego mereka yang kendur adalah dengan menjatuhkan orang-orang itu.