Darga Sulthon, pemilik Bank Sampah Barokah di Bogor, membuktikan bahwa sampah bisa menjadi berkah. Melalui bank sampah miliknya, ia tak hanya membantu menyelesaikan masalah sampah di Kota Bogor, tetapi juga memberikan pemasukan tambahan bagi warga.
Berawal dari keaktifannya di kegiatan pelestarian lingkungan di karang taruna pada tahun 2010, Darga mulai mendalami pemilahan sampah. Usahanya kemudian diakui secara resmi oleh kelurahan pada tahun 2021. Bank Sampah Barokah menerima sampah rumah tangga yang telah dipilah dengan rapi oleh “nasabah”. Sampah-sampah tersebut dipisahkan berdasarkan jenisnya, seperti plastik, kertas, logam, dan kaleng, agar mudah didaur ulang. Warga kemudian membawa sampah yang telah dipilah ke tempat penimbangan dan menerima uang sesuai dengan berat sampah yang diserahkan.
Bank sampah sendiri mengambil margin yang kecil dari selisih harga dengan pengepul yang bekerja sama dengan perusahaan daur ulang. Setiap pengumpulan, Darga bisa mendapatkan sekitar 300 kg sampah. Selain sampah daur ulang, ia juga mengumpulkan minyak jelantah dari restoran mitra dan rumah warga untuk diolah kembali menjadi bahan baku biosolar, lilin, atau sabun.
Namun, kegiatan Bank Sampah Barokah lebih dari sekadar mengumpulkan sampah. Sebagian besar waktu Darga dihabiskan untuk memberikan edukasi secara sukarela kepada masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah bagi lingkungan. Ia mengedukasi sekitar 90 kepala keluarga di Kota Bogor dan sering diundang ke sekolah-sekolah untuk memberikan penyuluhan.
Darga menekankan prinsip “sampahku adalah tanggung jawabku” dan menjelaskan dampak buruk sampah plastik yang sulit terurai bagi lingkungan. Ia juga memberikan pemahaman bahwa sampah yang dipilah dengan benar dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. “Kita tidak mengajarkan menjadi pemulung, tapi kalau mereka sudah teredukasi, maka sampah bisa dilihat sebagai cuan,” ujarnya. Selain edukasi pemilahan, Darga juga mengajarkan kerajinan dari sampah, seperti membuat kain pegangan panci dari kaos bekas.
Darga, yang sebelumnya bekerja di pabrik dan di-PHK, merasa senang dapat berkontribusi kepada masyarakat. Ia meyakini bahwa dengan berbuat kebaikan, rezeki akan datang. Usahanya kini telah mencukupi kebutuhan keluarganya dan bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi saudara-saudaranya. Ia mendapatkan pemasukan sekitar Rp8 juta per bulan dari kegiatan bank sampahnya.
Darga memiliki rencana untuk mengembangkan program bank sampahnya, salah satunya adalah program “Kelahiran Bahagia”. Program ini bertujuan membantu ibu hamil dari keluarga kurang mampu dalam pembiayaan persalinan dengan cara menabung sampah setiap bulannya. Uang hasil tabungan sampah tersebut akan digunakan untuk mendaftar dan membayar iuran BPJS serta biaya transportasi ke rumah bersalin. Ia juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan kerja untuk program magang ke Jepang, di mana orang tua dapat menabung di bank sampah untuk membiayai sebagian ongkos magang anak mereka.
Darga berharap kegiatannya dapat terus bermanfaat bagi masyarakat dan diridhoi Tuhan. Ia percaya bahwa apa yang dilakukannya dapat menjadi bekal di akhirat kelak. Kisah Kang Darga membuktikan bahwa dengan niat baik dan kerja keras, sampah bisa diubah menjadi berkah, memberikan manfaat bagi lingkungan dan perekonomian masyarakat.