Oei Tiong Ham, lahir di Semarang pada tahun 1866, adalah seorang pengusaha visioner yang mencatat sejarah sebagai “Raja Gula dari Jawa.” Kesuksesannya tidak hanya menjadikannya salah satu tokoh terkemuka di Asia Tenggara, tetapi juga simbol keunggulan bisnis pada masa kolonial Belanda.
Keberhasilan Oei berakar pada perusahaan keluarga, Kian Gwan, yang didirikan oleh ayahnya, Oei Tjie Sien. Ia memperluas perusahaan itu menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Asia pada akhir abad ke-19. Di bawah kepemimpinannya, bisnis keluarga berkembang pesat, terutama setelah berakhirnya sistem tanam paksa pada 1870 dan diberlakukannya Agrarische Wet, yang membuka peluang bagi pengelolaan perkebunan oleh swasta.
Awalnya, Oei fokus pada komoditas seperti kopi, karet, dan opium. Namun, ia segera melihat potensi besar di industri gula. Pada 1880-an, Oei mengakuisisi lima pabrik gula yang sebelumnya bangkrut, seperti Pakis di Pati, Rejoagung di Madiun, Ponen di Jombang, Tanggulangin di Sidoarjo, dan Krebet di Malang. Ia juga mendirikan Oei Tiong Ham Concern (OTHC), yang menjadikan Semarang sebagai pusat operasinya. Bisnisnya meluas hingga Batavia, Makassar, dan berbagai kota besar di luar negeri, termasuk Singapura, Bangkok, Shanghai, London, hingga New York.
Kesuksesan ini menjadikan Oei Tiong Ham sebagai pengusaha terkaya di Asia Tenggara. Ia tinggal di istana megah yang kini dikenal sebagai Gedung Balekambang, lengkap dengan kolam renang dan kebun binatang pribadi. Namun, pada 1920, kondisi politik yang tidak stabil di Semarang dan pajak tinggi dari pemerintah Belanda mendorongnya pindah ke Singapura, di mana ia berhasil menguasai seperempat wilayah di sana. Hingga kini, nama Oei Tiong Ham diabadikan dalam sebuah jalan, Oei Tiong Ham Park.
Oei meninggal pada 1924 akibat serangan jantung. Setelah kematiannya, bisnis keluarga diteruskan oleh anak-anak dan istrinya, tetapi akhirnya diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada 1961. Jejak kejayaan Oei masih terlihat di Kota Lama Semarang, dengan sejumlah bangunan bekas kantor OTHC yang kini menjadi bagian dari sejarah kota tersebut.