MENGUBAH plastik menjadi barang lain yang memiliki nilai guna dan estetik, tentunya sudah pernah dilakukan oleh banyak orang. Tapi mengubah sampah menjadi bahan bakar minyak (BBM), bahkan menjadikan BBM dari sampah tersebut untuk bahan bakar genset sebagai sumber listrik dalam acara konser? Sepertinya baru Dimas Bagus Wijanarko saja yang melakukannya.
Ya, pria asal Surabaya ini mengubah sampah plastik, utamanya plastik kresek, stereofoam, dan sampah plastik dari botol, menjadi BBM dengan alat temuannya. Namanya Pyrolysis. Menurut Dimas, kandungan dari plastik adalah minyak bumi, 96 persen bahan baku untuk plastik adalah minyak bumi, jadi hal itu memungkinkan untuk mengubah plastik menjadi bahan bakar minyak.
“Prosesnya tidak dibakar tapi dipanaskan dengan tungku reaktor. Kami tidak butuh oksigen, jadi plastik akan masuk ke tabung reaktor ini. Pyrolysis atau bisa disebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya,” jelasnya saat berada di Yogyakarta akhir Oktober 2024 lalu.
Menurut Dimas, Pyrolysis ini merupakan salah satu teknologi yang bisa menyelesaikan permasalahan sampah plastik secara tuntas. Sebab, tidak ada emisi yang dihasilkan dalam proses ini. “Kami melakukan riset yang panjang dari 2014 sampai sekarang, emisi yang dihasilkan dari proses ini tidak keluar. Kami memiliki 15 prototype dengan desain dan kinerja yang lebih efektif dan efisien,” ungkapnya.
Dimas yang memiliki Yayasan Get Plastic Indonesia ini mengkampanyekan penggunaan alat ini untuk mengubah sampah menjadi BBM berupa bensin dan solar. Dia menjelaskan, Yayasan Get Plastic Indonesia dilatarbelakangi oleh gerakan pengelolaan sampah plastik yang dibentuk sejak 2016. “Visi kami adalah membangun kehidupan yang berkualitas dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, serta membebaskan Indonesia dari permasalahan sampah plastik,” tuturnya.
Dimas menjelaskan, misi yang mereka miliki yakni menjadi Centre of Excelences dalam pengolahan sampah plastik menjadi energi. Selain itu, juga menjalankan edukasi, sosialisasi dan pendampingan masyarakat melalui kolaborasi dengan jaringan nasional dan global. Dia mengungkapkan, Get Plastic Indonesia ingin menjadi salah satu organisasi kunci dalam melakukan advokasi kebijakan tata kelola sampah dan ekonomi berkelanjutan dan membangun organisasi sosial enterprise yang efektif, efisien, dan mandiri. Sampai sekarang, Yayasan Get Plastic Indonesia telah bermitra dengan berbagai komunitas, NGO dan perusahaan di seluruh Indonesia, salah satunya dengan PLN.
Dia menjelaskan, Yayasan Get Plastic Indonesia berdedikasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat akar rumput untuk pengelolaan dan pengolahan sampah plastk yang efektif. Mulai dari hulu, termasuk rumah tangga dan masyarakat di desa-desa di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan sumber daya untuk mengatasi masalah sampah langsung pada sumbernya. Dari desain mesin Pyrolysis yang inovatif hingga pemberdayaan masyarakat akar rumput ini, Dimas dan Yayasan Get Plastic Indonesia berdedikasi untuk mengatasi masalah sampah plastik dan mempromosikan solusi berkelanjutan.
Get Plastic Indonesia yang beroperasi di Bali ini memiliki banyak program kampanye untuk mengedukasi masyarakat terkait pemanfaatan sampah plastik ini. Get Plastic Indonesia menyediakan berbagai layanan untuk mempromosikan pengelolaan sampah dan pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar. Dimas dan Get Plastic Indonesia mengadakan workshop dan pameran mesin untuk komunitas yang tertarik mempelajari proses pengelolaan sampah. Workshop dan seminar kerap dilakukan di lingkungan pendidikan, seperti sekolah dan kampus.
Selain itu, sosialisasi pengelolaan sampah juga dilakukan ke komunitas, perusahaan, dan pemerintah daerah.Bahkan, kampanye yang dilakukan dengan mencetak rekor perjalanan terjauh menggunakan sampah plastik sebagai BBM pada kendaraan Vespa dan Ford Ranger. Tak hanya itu, berbagai event juga diselenggarakan, misalnya dengan Festival Rumekso Bumi yang mengedepankan pelestarian alam dan kearifan lokal dalam mengurangi sampah.Baru-baru ini, kampanye pengelolaan sampah juga dilakukan di Yogyakarta.
Salah satunya Open Trip Si Thole, yakni sebuah program yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Si Thole merupakan mobil shuttle wisata yang mengantarkan wisatawan menuju objek wisata di Kota Yogyakarta. Program Open Trip Si Thole Peminum BBM Sampah Plastik di Yogyakarta ini diadakan pada 24 September 2024.
Dalam kegiatan ini, Dimas dan Yayasan Get Plastic Indonesia mengajak masyarakat berkeliling kota menaiki Si Thole yang menggunakan BBM dari sampah. Masyarakat diajak untuk berkunjung ke tempat pengelolaan sampah di Cupuwatu, Sleman, DIY.
Kampanye lain yang dilakukan Dimas dalam menyosialisasikan serta edukasi sampah plastik menjadi energi terbarukan ini dengan menghelat sebuah konser musik. Konser ini menggunakan BBM dari sampah untuk bahan bakar genset selama konser berlangsung. “Tur dan festival berkelanjutan ini bernama Get The Fest dengan energi yang disediakan dari pengolahan sampah plastik,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kampanye ini adalah milik masyarakat dan Get The Fest menjadi salah satu media untuk menggabungkan metode pengelolaan dan pengolahan sampah plastik di Indonesia. Maka tak heran, jika konser musik ini diadakan di beberapa daerah, di antaranya di Yogyakarta, Bogor, Madiun, dan Denpasar.
Di Yogyakarta, dalam konser ini Dimas mengajak pelaku UMKM dan komunitas peduli sampah untuk bergabung. Line up dari pengisi konser pun dikurasi. Band-band yang peduli pada kelestarian lingkungan saja yang diajak bergabung dalam konser musik yang diadakan di Tebing Breksi, Sleman, DIY selama tiga hari dari tanggal 25, 26, 27 Oktober 2024.Dalam konser ini, sampah plastik yang diubah menjadi BBM menjadi bahan bakar yang menjadi sumber listrik selama konser.
Menurutnya, dukungan publik sangat diharapkan dalam semua kegiatan Get Plastic Indonesia. Kampanye ini diharapkan dapat menyentuh segmen anak muda, mereka diajak untuk lebih aware terhadap penggunaan sampah plastik. Dengan event musik ini pun diharapkan dapat membantu UMKM dan komunitas untuk keberlangsungan mereka.
“Ini merupakan konser musik pertama di Indonesia, bahkan dunia, yang menggunakan BBM dari sampah plastik untuk bahan bakar genset selama event berlangsung,” tutur Dimas.
Selain kampanye untuk masyarakat, dalam menjalankan program dan sosialisasi yang dilakukan, Dimas dan Get Plastic Indonesia memerlukan dukungan banyak pihak. Tak heran pula jika dia menyambut para relawan dari seluruh Indonesia untuk turut bergabung dalam gerakan yang diinisiasinya. Dia pun menerima relawan untuk bergabung dalam upaya mengatasi sampah plastik. Dia pun tak enggan untuk berbagi rumah, kebun, dan bengkel untuk para relawan yang bergabung.
Dimas bersama tim Get Plastic Indonesia bekerja sama untuk melakukan pengelolaan sampah plastik, mengembangkan teknologi, dan membantu komunitas-komunitas akar rumput. Menurutnya, dengan menjadi relawan atau volunteer Get Plastic Indonesia bisa memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar dan bekerja langsung untuk yayasan akar rumput yang berkelanjutan. “Relawan kami memiliki kesempatan untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia. Tak hanya itu,tapi juga bisa merasakan makanan dan masakan lokal. Mereka juga akan belajar bagaimana cara mengurangi sampah plastik untuk membantu alam pulih dari pencemaran,” tuturnya.
Selain itu, para relawan juga diajarkan untuk mengembalikan plastik menjadi energi dan barang dagangan lain. Mereka akan diajarkan bagaimana mengoperasikan alat Pyrolysis yang mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar mesin (BBM) berupa bensin dan solar. Selain itu, juga mengolah sampah plastik lain menjadi barang berharga lainnya, seperti menjadi asbak dan cenderamata lainnya.