Ramadhan adalah bulan yang paling suci untuk umat Islam, begitupun hari Idul Fitri, satu dari dua hari raya selain Idul Adha. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menentukan awal puasa Ramadhan dan Idul Fitri di berbagai tempat di dunia.
- Pengamatan Bulan: Dalam metode ini, awal bulan baru dihitung berdasarkan pengamatan langsung bulan sabit setelah matahari terbenam pada hari ke-29 dari bulan sebelumnya. Jika bulan sabit terlihat, itu menandakan awal bulan baru.
- Perhitungan Kalender: Beberapa komunitas Islam menggunakan perhitungan astronomi untuk menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Metode ini menghitung secara matematis siklus bulan berdasarkan kriteria tertentu.
- Hisab (Perhitungan Matematika): Hisab adalah metode perhitungan matematika yang memprediksi awal bulan berdasarkan perhitungan ilmiah terhadap gerakan bulan. Metode ini tidak bergantung pada pengamatan langsung bulan.
- Pendekatan Ilmiah: Beberapa komunitas juga menggunakan pendekatan ilmiah yang mengintegrasikan data astronomi dengan tradisi Islam untuk menentukan awal puasa dan Idul Fitri.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan penggunaan metode tertentu dapat bervariasi tergantung pada faktor geografis, budaya, dan religius.
Untuk Indonesia sendiri, organisasi Islam terbesar di negara ini, yaitu NU dan Muhammadiyah, sering mengalami perbedaan. Terkadang kita yang NU mengalami perbedaan puasa dengan teman atau saudara kita yang di daerah sekitarnya banyak pengikut Muhammadiyah, atau sebaliknya. Bahkan kadang Idul Fitri mengalami perbedaan hari. Hal ini tidak lepas dari keputusan masing-masing organisasi dalam menentukan metode apa yang dianut. Berikut perbedaan metode penentuan awal puasa antara NU dan Muhammadiyah.
Metode yang ditetapkan oleh NU
NU menggunakan kombinasi metode hisab dan rukyat. Hisab digunakan untuk menghitung posisi bulan, sedangkan rukyat dilakukan untuk melihat bulan secara langsung. Kriteria Imkan Rukyat bukan sebagai penentu tunggal. Imkan rukyat digunakan bersama dengan perhitungan astronomis (hisab) untuk memperkirakan posisi bulan. Imkan rukyat menjadi salah satu dasar bagi metode hisab dan rukyat yang digunakan oleh organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU). Artinya, kemungkinan hilal (bulan sabit) bisa dilihat dengan mata telanjang pada saat matahari terbenam. Kriteria ini meliputi:
- Tinggi hilal minimal 3 derajat. Biasanya minimal 2-3 derajat di atas ufuk (horizon)
- Elongasi (jarak sudut antara bulan dan matahari) minimal tertentu (biasanya sekitar 6-10 derajat)
- Umur bulan minimal 8 jam.
Kriteria tersebut dibuat dengan mempertimbangkan keterbatasan manusia dalam melihat bulan sabit yang tipis, terlebih saat kondisi langit senja.
NU menggunakan sidang isbat untuk mengesahkan hasil rukyat. Sidang ini dihadiri oleh para ahli falak, astronom, dan perwakilan ormas Islam.
Metode yang digunakan oleh Muhammadiyah
Sedikit berdeda dengan NU, organisasi tertua di Indonesia, yaitu Muhammadiyah, menggunakan metode hisab yang berbeda dan tidak menggunakan imkan rukyat sebagai syarat mutlak. Mereka lebih menekankan pada perhitungan posisi bulan secara pasti.
- Metode Hisab: Muhammadiyah memilih menggunakan hisab sebagai metode untuk menentukan awal bulan. Metode hisab dalam penentuan awal bulan Hijriah adalah metode perhitungan astronomis untuk menentukan posisi bulan berdasarkan pergerakan bulan, matahari, dan bumi.
- Hisab Hakiki Wujudul Hilal: Hisab Hakiki Wujudul Hilal adalah sebuah metode perhitungan astronomis untuk menentukan awal bulan Hijriah yang dipelopori oleh M. Syakir, seorang pakar falak Muhammadiyah. Hisab Hakiki Wujudul Hilal menekankan pada perhitungan yang sebenar-benarnya dan setepat-tepatnya berdasarkan kondisi Bulan dan Matahari pada saat itu. Perhitungan ini didasarkan pada parameter astronomi yang baku dan terukur. Penetapan awal bulan didasarkan pada kriteria wujudul hilal, yaitu:
- Matahari terbenam lebih dahulu daripada Bulan, walaupun hanya berjarak satu menit atau kurang.
- Tinggi hilal di atas ufuk saat Matahari terbenam minimal 2 derajat.
- Jarak sudut antara Bulan dan Matahari (elongasi) minimal 3 derajat.
Perlu diketahuijuga kalau Muhammadiyah tidak menggunakan sidang isbat. Penetapan awal bulan dilakukan berdasarkan hasil hisab yang telah dilakukan. Metode yang dilakukan oleh Muhammadiyah ini memberikan keuntungan yaitu tingkat akurasi pada prediksi awal bulan, kepastian yang sudah bisa ditentukan tanpa bergantung pada kondisi cuaca, dan objektivitas dalam perhitungan memnimalisir bias.
Perbedaan Hari Awal Ramadhan dan Idul Fitri
Perbedaan metode ini seringkali menyebabkan perbedaan hari dalam menentukan awal puasa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kriteria imkan rukyat dan metode hisab yang berbeda, serta waktu rukyat yang berlainan lokasi.
Meskipun terdapat perbedaan dalam metode penentuan awal puasa, antara NU dan Muhammadiyah memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menentukan awal bulan Ramadhan dengan cara yang terbaik. Perbedaan ini merupakan bagian dari ijtihad (usaha untuk mencari kebenaran) dalam Islam.