Ketahui Perubahan Remaja Laki-Laki saat Pubertas secara Psikologi

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
Pubertas
Foto: Istimewa

Celebrithink.com – Pubertas merupakan pertumbuhan anak, sebagai transisi alami manusia saat tubuh remaja mulai berubah menjadi dewasa. Artinya, saat memasuki masa pubertas, tubuh sudah mampu melakukan reproduksi seksual. Pada laki-laki, pubertas biasanya dimulai sekitar usia 12 tahun.

Selama masa pubertas terjadi, zat kimia dan hormon tubuh akan dilepaskan, sehingga menimbulkan berbagai perubahan fisik pada remaja laki-laki. Lantas, kira-kira apa perubahan psikologis remaja laki-laki saat pubertas? Melansir laman halodoc, simak penjelasannya berikut ini.

Perubahan emosi dan cara berpikir

Perubahan psikologis pertama yang dapat terjadi pada remaja laki-laki ketika pubertas adalah berubahnya emosi dan cara berpikir. Anak laki-laki cenderung mengalami serangkaian emosi, sehingga terkadang mereka akan mudah merasa kesal, sedih, atau tertekan. Mereka mungkin merasakan gejolak emosi terkait gairah seksual yang mulai meningkat.

Perubahan dalam hubungan

Dinamika hubungan akan segera berubah setelah pubertas. Hal ini berkemungkinan besar membuat mereka lebih mandiri dan lebih tertarik untuk mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan teman atau wanita yang mereka taksir.

Selain itu, remaja laki-laki yang mengalami pubertas juga mungkin akan merasa malu terlihat bersama orang tua di depan umum. Khususnya jika mendapatkan perlakuan kasih sayang seperti dipeluk atau dicium oleh orang tuanya. Karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami dan berusaha memberikan pengertian dan aturan yang fleksibel kepada anak selama pubertas.

Merasa lebih sensitif

Pubertas remaja laki-laki biasanya menjadi lebih sensitif, khususnya terhadap hal tertentu. Sebagai contoh, jerawat kecil di wajah mungkin dapat menjadi momok menakutkan. Hal ini dapat membuat seorang remaja menjadi lebih sensitif karena merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri.

Menjadi labil

Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa transisi yang membingungkan bagi banyak orang. Sebab, remaja belum menjadi orang dewasa, dan tidak dapat dibilang sebagai anak-anak. Alhasil, kebanyakan remaja menjadi bingung, terkait bagaimana mereka harus bersikap.

Di satu sisi mereka merasakan emosi ketakutan, ketidaknyamanan, dan ketidakberdayaan sebagai anak. Namun, di sisi lain, mereka tidak seharusnya berpikiran sebagai anak-anak, karena merasa sudah dewasa. Hal ini membuat remaja terkesan labil dalam bertindak.

Populer video

Berita lainnya