Celebrithink.com – Belakangan ini, laundry self-service jadi tren di kalangan anak muda. Konsepnya simpel: datang kapan saja, pilih mesin, bayar pakai e-wallet atau QR, masukkan cucian, lalu tunggu sambil scroll medsos atau ngopi. Banyak tempat buka 24 jam, jadi cocok buat jadwal padat—mau nyuci tengah malam pun aman.
Alasan anak muda suka? Pertama, hemat dan transparan. Tarifnya jelas, dan karena nyuci sendiri, biayanya lebih murah dibanding laundry kiloan biasa. Kedua, fleksibel. Kamu nggak perlu antri di jam operasional terbatas. Ketiga, tempatnya nyaman dan estetik. Banyak laundry self-service punya desain Instagramable, Wi-Fi kencang, bahkan area nongkrong. Keempat, lebih aman. Risiko pakaian hilang atau tertukar minim karena semua proses kamu yang pegang. Plus, bisa bawa deterjen sendiri dan atur pemakaian air/listrik jadi lebih ramah lingkungan.
Biar makin efektif, ada beberapa tips. Pilih waktu sepi seperti pagi atau malam biar nggak rebutan mesin. Pisahkan pakaian berdasarkan warna dan bahan sebelum berangkat. Maksimalkan muatan mesin—biasanya 8–10 kg—supaya harga per kilo lebih murah. Bawa deterjen sendiri, pilih siklus sesuai kebutuhan, dan cek kondisi mesin sebelum dipakai biar cucian aman dari noda tak diinginkan.
Saat menunggu, manfaatkan waktu buat baca buku, dengerin podcast, atau ngerjain tugas. Jadi, nyuci bukan cuma urusan bersih-bersih baju, tapi juga momen me time yang produktif.
Laundry self-service bukan sekadar tren praktis, tapi juga bagian dari gaya hidup anak muda yang serba cepat, hemat, dan mandiri. Nggak heran kalau makin banyak yang beralih ke cara ini. Praktisnya dapat, hematnya dapat, estetiknya pun oke. Siap coba nyuci sendiri sambil nongkrong?