Celebrithink.com – Perilaku konsumtif Generasi Z (Gen Z) menjadi sorotan karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan data survei yang dilakukan pada Desember 2024, Gen Z memiliki pola belanja yang dapat memengaruhi berbagai sektor ekonomi. Meskipun ini berpotensi mendorong pertumbuhan, ada pula kekhawatiran terkait dampak jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi. Lantas, seberapa besar perilaku konsumtif Gen Z dapat mendorong pertumbuhan ekonomi? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Pola Belanja Gen Z yang Konsumtif
Survei “Gen Z Characteristic and Behaviors” yang dilakukan oleh Jakpat pada Desember 2024 menunjukkan bahwa 65 persen Gen Z menghabiskan sebagian besar uang mereka untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan dan akses internet. Pola belanja ini menunjukkan tingginya konsumsi untuk produk-produk yang menunjang gaya hidup mereka. Makanan dan minuman manis menjadi salah satu pengeluaran terbesar, dengan minuman kopi dan teh yang mendominasi konsumsi mereka. Ini mencerminkan preferensi mereka terhadap gaya hidup modern yang penuh dengan hiburan dan kenikmatan sesaat.
Dampak Terhadap Sektor Ekonomi
Perilaku konsumtif Gen Z berpotensi mendorong pertumbuhan di beberapa sektor, termasuk ritel, F&B (makanan dan minuman), serta pariwisata. Sebagai contoh, pengeluaran mereka untuk kafe premium atau pusat perbelanjaan modern secara tidak langsung meningkatkan sektor-sektor tersebut. Ekonom Yusuf Rendy Manilet menyatakan bahwa pengeluaran Gen Z menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor-sektor ini.
Namun, fenomena ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait keberlanjutan ekonomi. Ketika kebiasaan konsumtif didorong oleh utang atau pendapatan orang tua, Gen Z bisa rentan terhadap masalah finansial di masa depan. Ini berisiko menciptakan ketidakseimbangan ekonomi yang bisa merugikan mereka dalam jangka panjang.
Pentingnya Literasi Investasi dan Keuangan
Agar perilaku konsumtif Gen Z dapat menjadi kekuatan positif bagi perekonomian, penting bagi mereka untuk meningkatkan literasi keuangan dan investasi. Yusuf Rendy Manilet menekankan perlunya program literasi keuangan yang lebih intensif. Pemerintah dan pelaku usaha perlu menciptakan ekosistem yang tidak hanya mendorong mereka menjadi konsumen aktif, tetapi juga investor dan produsen. Literasi investasi akan membantu Gen Z mengelola pengeluaran mereka dengan bijak, serta memberi mereka peluang untuk menumbuhkan kekayaan pribadi.
Perubahan Pola Konsumsi dan Inovasi Baru
Bhima Yudhistira, Direktur CELIOS, juga menyoroti bahwa perilaku konsumtif Gen Z memunculkan inovasi baru. Sebagai generasi yang akrab dengan teknologi, mereka lebih cenderung berlangganan layanan digital seperti Spotify dan Netflix. Perubahan pola konsumsi ini mempercepat digitalisasi dan menciptakan peluang ekonomi baru yang dikenal dengan istilah laser economy. Ini adalah konsep ekonomi yang berfokus pada produk hiburan dan layanan berbasis digital.
Tantangan untuk Ekonomi Nasional
Meskipun perilaku konsumtif Gen Z dapat mendorong perekonomian, ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kecenderungan mereka untuk mengonsumsi barang impor yang lebih banyak berhubungan dengan hiburan, bukan produk lokal. Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS, mengingatkan bahwa meskipun ini memberi dampak terhadap perekonomian, belanja konsumtif Gen Z tidak akan memberikan efek berganda yang signifikan jika difokuskan pada produk lokal.