Celebrithink.com – Mendikdasmen Prof. Abdul Mu’ti menegaskan tidak ada istilah “libur” saat Ramadhan 2025. Sebagai gantinya, pemerintah akan menerapkan mekanisme pembelajaran khusus selama bulan Ramadhan. Hal ini disampaikan dalam wawancara yang menekankan pentingnya menjaga aktivitas belajar siswa meskipun di tengah bulan puasa.
“Kata kuncinya bukan libur Ramadhan, tapi pembelajaran di bulan Ramadhan,” ujar Prof. Mu’ti. Pemerintah saat ini masih merumuskan jadwal sekolah selama Ramadhan dengan melibatkan lintas kementerian, termasuk Menteri Agama, Mendagri, hingga KSP.
Mekanisme Pembelajaran Saat Ramadhan
- Masih Menunggu SE Pemerintah
Pemerintah sedang menyusun surat edaran (SE) terkait teknis pembelajaran selama bulan puasa. Rencananya, pembelajaran akan dimodifikasi dengan menyesuaikan durasi dan kegiatan agar tetap produktif tanpa mengurangi nilai-nilai spiritual bulan suci. - Jam Belajar Dimodifikasi
Jam pelajaran akan disesuaikan, misalnya mengurangi durasi per sesi dari 45 menit menjadi 30 menit. Jam masuk sekolah juga dapat diatur lebih siang dengan program khusus seperti Pesantren Ramadhan, membaca kitab suci, hingga kajian karakter tokoh. - Memaksimalkan Literasi dan Nilai Spiritual
Ramadhan menjadi momentum untuk meningkatkan literasi agama dan nilai-nilai moral. Kegiatan seperti membaca kitab suci, mempelajari sejarah Islam, dan membahas tokoh inspiratif akan menjadi bagian dari program sekolah.
Dampak yang Perlu Diperhatikan
Menurut Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), ada beberapa dampak yang perlu dipertimbangkan jika bulan puasa diberlakukan sebagai libur penuh:
- Gaji Guru Swasta Terancam
Guru swasta, terutama di madrasah, khawatir gaji mereka dipotong jika sekolah diliburkan. Sebagian besar madrasah swasta dikelola dengan anggaran minim, sehingga dampaknya signifikan bagi kesejahteraan mereka. - Layanan Pendidikan untuk Siswa Non-Muslim
Jika libur diberlakukan nasional, siswa non-Muslim akan kehilangan akses belajar. Sebaliknya, jika sekolah tetap buka, dikhawatirkan terjadi diskriminasi terhadap siswa Muslim yang tidak hadir. - Meningkatnya Risiko Learning Loss
Libur berkepanjangan dapat menambah learning loss siswa. Waktu di rumah juga berpotensi terbuang untuk screentime berlebihan, bermain media sosial, atau game online. - Risiko Kekerasan dan Tawuran
Libur panjang sering kali memunculkan kasus kekerasan remaja, termasuk tawuran. Selama Ramadhan, anak remaja juga cenderung keluar hingga dini hari, sehingga pengawasan orang tua dan guru harus ditingkatkan.
Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak dari kebijakan ini secara menyeluruh. Modifikasi pembelajaran selama bulan puasa bisa menjadi solusi untuk tetap menjaga produktivitas siswa sekaligus meningkatkan nilai spiritual. Pengawasan dari guru dan orang tua juga menjadi kunci agar kegiatan selama Ramadhan berjalan lebih efektif dan bermakna.