Kembali Berdakwah, Miftah Maulana Dituding Playing Victim

Pict by Instagram

Celebrithink.com – Miftah Maulana Habiburrahman kembali menjadi sorotan setelah muncul di panggung dakwah usai kontroversinya menghina penjual es teh. Aksi ini memicu reaksi beragam dari publik, dengan sebagian warganet menuduhnya sebagai playing victim.

1. Sindiran “Trauma” Es Teh yang Jadi Viral

Miftah mengaku bercanda saat menyatakan “trauma” dengan es teh. Pernyataan ini disampaikannya dalam sebuah pengajian, seperti terlihat dalam unggahan video TikTok @titiktitik371. “Kalau kopi saya minum, kalau es teh saya trauma,” ucapnya sambil tertawa, yang disambut tawa jemaah.

Namun, candaan tersebut menuai kritik. Banyak warganet merasa ungkapan itu tidak mencerminkan penyesalan yang tulus atas tindakannya sebelumnya.

2. Tuduhan Playing Victim dari Warganet

Miftah juga berusaha menjelaskan tindakannya memegang kepala penjual es teh, yang sebelumnya menjadi kontroversi. Ia berdalih bahwa perbuatannya itu hanyalah ungkapan kedekatan, menganggap penjual tersebut seperti adik. Namun, warganet tetap melontarkan kritik. “Entah bercanda atau serius, kelihatan sekali dia playing victim,” ujar salah satu pengguna media sosial.

Menurut Psychology Today, playing victim adalah pola manipulasi di mana seseorang berusaha mencari simpati, menimbulkan rasa bersalah, dan menghindari tanggung jawab.

3. Ciri-Ciri Playing Victim

Beberapa tanda playing victim yang relevan dengan kasus ini meliputi:

  • Mengaku hidup lebih sulit daripada orang lain.
  • Menggunakan kerentanan untuk memanipulasi orang lain.
  • Menghindari tanggung jawab dengan dalih kesulitan masa lalu.

Tingkah ini berbeda dari orang yang benar-benar ingin memperbaiki diri. Orang yang jujur dengan perasaannya biasanya menunjukkan kerentanan yang tulus dan tidak memanfaatkan simpati orang lain.

4. Dukungan di Tengah Kontroversi

Meski menuai kritik, Miftah tetap mendapat dukungan dari beberapa pihak. Dalam ceramah di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, dukungan dari jemaah membuatnya menangis haru. Ia menyebut bahwa kontroversi ini adalah pelajaran penting untuk menjadi lebih rendah hati dan bersyukur.

Helmy Faishal Zaini, salah satu tokoh yang hadir, menyampaikan bahwa setiap orang bisa berbuat salah. Namun, kesediaan untuk memperbaiki diri adalah yang terpenting.

5. Refleksi dan Pelajaran dari Kontroversi

Miftah mengakui perjalanan hidupnya lima tahun terakhir penuh berkah. Namun, ia juga menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah karunia dari Allah. “Ini menjadi pengingat untuk tetap rendah hati,” katanya.

Kontroversi ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak tentang pentingnya introspeksi dan tanggung jawab. Sementara dukungan yang diterima Miftah menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk memperbaiki diri, warganet berharap ia benar-benar belajar dari kesalahan, bukan sekadar mencari simpati.


Populer video

Berita lainnya