Celebrithink.com – Pemanfaatan lahan hutan untuk ketahanan pangan dan energi tengah menjadi topik hangat di Indonesia. Pemerintah berencana mengalihkan 20 juta hektare lahan hutan untuk tujuan tersebut, namun ada kekhawatiran bahwa hal ini dapat berdampak buruk pada ekosistem dan lingkungan. Pakar IPB University, Herry Purnomo, mengungkapkan berbagai potensi risiko yang muncul akibat rencana tersebut.
1. Alih Fungsi Hutan Menyebabkan Berkurangnya Stok Karbon dan Peningkatan Emisi
Alih fungsi hutan menjadi lahan pangan dan energi memiliki dampak langsung terhadap stok karbon. Herry Purnomo mengingatkan bahwa hutan berfungsi sebagai penyimpan karbon, dan jika hutan tersebut diubah menjadi lahan pertanian atau energi, karbon yang tersimpan akan terlepas ke atmosfer, meningkatkan emisi karbon.
2. Alih Fungsi Hutan Berdampak pada Keanekaragaman Hayati
Salah satu dampak terbesar dari deforestasi adalah hilangnya keanekaragaman hayati. Hutan merupakan rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, sementara pertanian biasanya mengandalkan monokultur yang lebih terbatas. Sebagai contoh, orang utan tidak dapat hidup di lahan pertanian, seperti padi atau tanaman pangan lainnya. Ini menunjukkan bahwa keanekaragaman fauna dan flora yang bergantung pada ekosistem hutan akan hilang.
3. Keterbatasan dalam Menahan Air dan Pengendalian Hama
Hutan juga memiliki peran penting dalam menjaga kesuburan tanah, menahan air, serta mengendalikan hama dan penyakit. Mengubah hutan menjadi lahan pertanian bisa mengurangi kemampuan ini, yang dapat berdampak buruk bagi ketahanan pangan itu sendiri. Tanpa keberadaan hutan, pertanian akan lebih rentan terhadap kekeringan dan kerusakan akibat hama.
4. Suhu Global yang Meningkat
Deforestasi berkontribusi pada kenaikan suhu global. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas pertanian. Herry Purnomo menegaskan bahwa dengan semakin meningkatnya suhu global, tanaman pertanian berisiko gagal panen, yang malah mengancam ketahanan pangan yang diinginkan.
5. Solusi Alternatif: Pemanfaatan Wilayah Perairan
Sebagai alternatif, Herry menyarankan agar pemerintah memaksimalkan potensi perairan Indonesia, yang lebih berkelanjutan tanpa harus mengorbankan hutan. Dengan wilayah perairan yang luas, Indonesia dapat mengembangkan produksi pangan dan energi tanpa merusak ekosistem hutan.
6. Pertanyaan Tentang Ketersediaan Lahan
Herry juga mempertanyakan dari mana pemerintah akan memperoleh lahan untuk memenuhi target 20 juta hektare tersebut. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 12,7 juta hektare lahan hutan yang dapat dikonversi. Ini berarti masih ada kekurangan sekitar 7,3 juta hektare yang perlu dicari.
Mengubah hutan menjadi lahan pangan dan energi memang memiliki tujuan besar, namun dampaknya terhadap lingkungan sangatlah besar. Alih fungsi hutan dapat mengancam keseimbangan alam dan ketahanan pangan itu sendiri. Oleh karena itu, solusi yang lebih berkelanjutan dan seimbang antara hutan dan pertanian sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian alam.