Korea Selatan, yang dikenal sebagai negara dengan perkembangan ekonomi pesat dan banyaknya idol K-Pop, kini menghadapi masalah serius terkait penurunan populasi. Negara ini diprediksi akan menjadi negara pertama yang mengalami hilangnya populasi besar akibat rendahnya angka kelahiran.
Dalam beberapa tahun terakhir, angka kelahiran di Korea Selatan menunjukkan penurunan yang tajam. Data dari Aju Korea Daily menyebutkan bahwa jumlah bayi yang lahir di negara ini berkurang lebih dari dua juta jiwa dalam dekade terakhir. Pada awal tahun lalu, Institut Penitipan dan Pendidikan Anak Korea (KICCE) memperkirakan bahwa lebih dari 12.000 pusat penitipan anak harus ditutup karena tidak ada anak yang dapat diasuh.
Faktor utama yang memengaruhi penurunan ini adalah kurangnya minat masyarakat untuk memiliki anak. Salah satu penyebab utamanya adalah fokus banyak wanita, terutama yang tinggal di perkotaan, pada karier mereka. Mereka lebih mementingkan pekerjaan daripada berkeluarga atau memiliki anak.
Seiring dengan kemajuan zaman, wanita di Korea Selatan mulai merasakan kebebasan yang lebih besar dalam memilih jalur hidup. Banyak yang menunda atau bahkan menghindari pernikahan dan tidak berminat memiliki anak sama sekali. Perubahan pola pikir ini tercermin dalam survei 2024, di mana sepertiga perempuan di negara tersebut menyatakan mereka tidak ingin menikah. Sebagian besar dari mereka (93 persen) menganggap beban pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak sebagai alasan utama ketidakminatan terhadap pernikahan.
Selama 10 tahun terakhir, 35 persen orang tua di Korea Selatan juga mulai menerima keputusan anak-anak mereka untuk tidak menikah. Bagi mereka yang memilih menikah, banyak perempuan merasa kecewa dengan peran tradisional yang dibebankan dalam pernikahan tersebut. Dengan tren ini, Korea Selatan menghadapi masa depan yang penuh tantangan terkait keberlanjutan populasi dan perkembangan sosial di masa yang akan datang.