Motif: Amalan yang menjadi tema ARTJOG 2025 didasari pada dua pertanyaan, bisakah praktek seniman dan karya seninya dilihat sebagai suatu amalan? Apakah amalan seni terbatas hanya pada dunia seni atau mampu menyentuh kehidupan bersama yang lebih luas?
Kurator Tamu ARTJOG 2025 Hendro Wiyanto menanggapi dan merespon tema ARTJOG 2025 – Motif: Amalan menggambarkan bahwa pegiat seni berada di dunia luar yang harus membuktikan bahwa seni itu nyata di masyarakat, sehingga ada yang harus diamalkan melalui keindahan, keserasian, dan harmoni. Namun, ternyata seni dan pegiatnya memiliki keunikan sendiri dalam menafsirkan dunia mereka, serta cara menyikapi kenyataan “Amalan”. Sehingga Motif: Amalan merujuk pada seni bisa saja diamalkan atau malah diketahui.
“Jika kita kaitkan dengan tema, harus mengamalkan sesuatu ‘Amalan’ itu saja tidak bisa dinilai oleh senimannya sendiri. Seperti yang saya katakan tadi ekosistem seni bekerja lebih berat dibandingkan seniman. Hubungan individu dan kolektivitas, antara individu dan masyarakat, antara personal dan societal atau yang sosial itu bukan hubungan yang sederhana. Sekali lagi, kalau kita kembali ke tema Amalan, tema ini sama sekali bukanlah sesuatu yang visibly atau yang kita lihat begitu saja, dia hanya bisa dinilai dan penilaian bisa berubah-ubah, dia tidak ditentukan oleh pribadi, tetapi dia diuji oleh masanya, diuji oleh waktu, diuji oleh ekosistem yang bekerja,” ujarnya dalam Sosialisasi ARTJOG 2025 – Motif: Amalan dilaksanakan di Pendapa Ajiyasa, Jogja National Museum.
Dalam sosialisasi tema tersebut, selain Hendro Wiyanto (Kurator Tamu ARTJOG 2025), ada pula Ade Darmawan (Seniman, Kurator, dan Anggota ruangrupa), Singgih S. Kartono dan Santi Ariestyowanti (Penggagas Murakabi Movement) dan dimoderatori oleh Bambang ‘Toko’ Witjaksono (Kurator ARTJOG). Sosialisasi ARTJOG 2025 yang dihadiri oleh seniman muda dan senior, rekan media, dan khalayak umum menjadi kesempatan untuk memaparkan tentang tema ARTJOG di tahun depan.
CEO ARTJOG Heri Pemad menyampaikan bahwa pelaksanaan acara sosialisasi yang diselenggarakan pada hari ini dirasa terlalu dekat dengan penutupan ARTJOG 2024 oleh beberapa pihak, namun hal ini bertujuan untuk memberikan waktu yang lebih panjang.
“Mudah-mudahan ini menjadi semacam sesuatu pengingat bagi teman-teman semuanya yang ingin berpartisipasi, terlibat, tidak harus jadi peserta tetapi juga menjadi pendukung yang merespon suasana lebaran seni pada saat ARTJOG pada bulan Juni, Juli, Agustus. Sehingga tidak harus berpartisipasi melalui menjadi peserta, langsung jadi seniman, semuanya ikut merayakan peristiwa ini dengan membuat peristiwa di Jogja atau sekitarnya,” ujarnya.
Selain pameran seni rupa, penyelenggaraan ARTJOG 2025 – Motif: Amalan akan dilengkapi dengan hadirnya program ARTJOG Kids, performa•ARTJOG, Exhibition Tour, Meet the Artist, Curatorial Tour, Artcare Indonesia, Jogja Art Weeks, dan Love 🤟 ARTJOG. Adapun commission artist untuk ARTJOG Kids adalah RE-EXP (REcycle EXPerience), sebuah proyek kesenian yang diinisiasi oleh Evan Driyananda dan Attina Nuraini sejak akhir tahun 2006. Sedangkan commission artist ARTJOG 2025 – Motif: Amalan adalah Anusapati, seorang pematung kelahiran Surakarta yang menemukan ungkapan dan material untuk karya-karyanya dari lingkungan terdekatnya, seperti kayu.
Selain itu, ARTJOG 2025 membuka kesempatan bagi para perupa muda di bawah usia 35 tahun untuk mendaftarkan proposal karya mereka melalui skema panggilan terbuka yang nantinya akan diseleksi oleh tim kurator ARTJOG. Aplikasi karya juga dibuka bagi anak dan remaja usia 6-15 tahun yang ingin berpartisipasi dalam program ARTJOG Kids. Informasi mengenai syarat dan ketentuannya dapat diunduh di situs www.artjog.id. Aplikasi seniman dibuka hingga 25 Januari 2025.