Sektor keuangan Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan pada Selasa, 5 November 2024, atau Rabu waktu Indonesia. Pasar saham AS menguat hingga penutupan perdagangan, sementara harga Bitcoin mencatatkan rekor tertinggi baru. Indeks berjangka Dow Jones naik lebih dari 600 poin, dan indeks saham S&P 500 serta dolar AS juga mengalami kenaikan signifikan. Penguatan ini dipicu oleh antisipasi terhadap hasil awal pemilihan presiden (Pilpres) AS. Bitcoin menembus harga $75.000, setara sekitar Rp 1,188 miliar, yang menjadi harga tertinggi sepanjang masa.
Rekor harga Bitcoin sebelumnya tercatat pada Maret 2024, setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, mendukung aset kripto. Harga Dogecoin juga mengalami lonjakan lebih dari 20 persen. Hingga saat ini, Trump memimpin dalam hasil sementara Pilpres AS, namun beberapa negara bagian yang dianggap sebagai medan pertempuran utama belum diumumkan pada malam tersebut. Persaingan ketat antara Trump dan Wakil Presiden AS Kamala Harris memicu ketidakpastian. Para ekonom memperingatkan potensi volatilitas tinggi, mengingat hasil pemilu yang kemungkinan baru diumumkan beberapa hari atau minggu ke depan.
Pada Pilpres 2020, hasil baru diumumkan beberapa hari setelah pemilihan, sementara pada 2000, pemilihan berlangsung lebih dari sebulan. Di pasar saham, indeks Dow Jones menguat lebih dari 1 persen, S&P 500 naik 1,2 persen, dan Nasdaq menguat 1,4 persen. Optimisme investor terlihat jelas saat warga AS menyalurkan suara mereka dalam Pilpres. Secara historis, pasar saham sering mengalami kenaikan pada Pilpres AS. Ini menjadi kenaikan keenam berturut-turut pada hari pemilu untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq.
Menurut Louis Navellier dari Navellier & Associates, pasar saat ini dalam reli kelegaan. Meskipun hasil Pilpres masih belum jelas, penantian terhadap hasil yang belum diputuskan menciptakan ketenangan. Potensi penundaan atau sengketa hasil Pilpres dapat memperkuat pergerakan pasar. Adam Turnquist dari LPL Financial mengingatkan bahwa hasil yang tertunda atau sengketa bisa menambah volatilitas pasar, terutama terkait dengan perpecahan politik yang dapat mempengaruhi sentimen investor.
Ketika hasil Pilpres AS mulai mengalir, sektor pasar dapat bereaksi berbeda. Jika Harris unggul, sektor energi hijau dan manufaktur kemungkinan akan naik, mengingat harapan terhadap belanja infrastruktur dan energi bersih. Sebaliknya, sektor teknologi dan keuangan mungkin menghadapi pengawasan regulasi lebih ketat. Jika Trump memimpin, sektor energi, keuangan, dan industri diperkirakan mendapat keuntungan karena kebijakan pajak yang lebih ringan dan regulasi yang longgar.
Namun, meskipun hasil Pilpres berpotensi memengaruhi beberapa sektor, Turnquist menjelaskan bahwa pergerakan saham lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendapatan perusahaan, inflasi, dan suku bunga. Oleh karena itu, kebijakan pajak dan perdagangan meski penting, tidak sepenting faktor-faktor tersebut dalam pergerakan harga saham jangka panjang.
Investor kini bersiap menghadapi minggu yang penuh gejolak. Setelah Pilpres, Federal Reserve AS dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga yang pertama sejak pemangkasan suku bunga setengah poin.