Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa angkatan udara Israel telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran pada Minggu (27/10). Serangan ini, menurut Netanyahu, menargetkan kemampuan pertahanan dan produksi rudal Iran yang dianggap mengancam Israel. “Kami menghantam sistem pertahanan dan kemampuan produksi rudal mereka dengan keras,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters.
Tak hanya Netanyahu, Kepala Staf Umum Militer Israel, Letjen Herzi Halevi, juga mengungkapkan bahwa serangan ini adalah bentuk tanggapan terhadap ancaman Iran. Ia menegaskan bahwa mereka berhasil menghantam sistem strategis di Iran yang dianggap sangat vital. Israel pun mengklaim semua target yang ditentukan di Iran berhasil dihancurkan, termasuk sistem pertahanan udara di Teheran.
Serangan balasan ini merupakan respons atas serangan rudal Iran yang menghantam Israel pada 1 Oktober 2024 lalu. Meski Presiden Iran, Masoud Pezeskian, menegaskan bahwa negaranya tidak ingin memperpanjang konflik, ia memastikan Iran akan memberikan respons tegas terhadap serangan Israel.
Konflik ini memicu reaksi keras dari sejumlah negara. Arab Saudi hingga Indonesia mengutuk serangan Israel tersebut, dengan Indonesia menyatakan bahwa tindakan Israel merupakan pelanggaran hukum internasional yang serius.
Seiring dengan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, para pengamat menilai bahwa konflik ini bisa berlanjut menjadi eskalasi yang lebih luas jika tidak ada upaya diplomatik yang serius. Selain itu, efek dari konflik ini berpotensi mengguncang stabilitas politik dan ekonomi di kawasan tersebut, terutama mengingat keterlibatan negara-negara besar yang memiliki kepentingan di Timur Tengah.