Di malam yang penuh semangat di JIExpo Kemayoran, Jakarta, KPU Jakarta menggelar debat perdana Pilgub 2024 pada Minggu (7/10). Dipandu oleh duo presenter, Ariyo Ardhi dan Anisha Dasuki, acara ini menjadi panggung bagi tiga pasangan calon yang siap berkompetisi: Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung-Rano Karno alias Si Dul. Dengan tema besar tentang penguatan sumber daya manusia (SDM) dan transformasi Jakarta menjadi kota global, debat ini tak hanya sekadar formalitas, tetapi juga merupakan jendela untuk memahami visi masing-masing calon dalam membangun Ibu Kota.
Ridwan Kamil, yang dikenal dekat dengan generasi muda, memulai dengan merangkul harapan Generasi Z yang kini memasuki dunia kerja yang penuh tantangan. “Kami akan membersamai Anda dalam kesulitan-kesulitan dan harapan tentang pekerjaan,” ungkapnya. Tak hanya itu, pria yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat ini juga menjelaskan perlunya perhatian terhadap isu-isu sosial seperti perlindungan anak, perempuan, dan akses transportasi publik yang lebih baik. Dalam konteks urbanisasi dan modernisasi, penguatan SDM menjadi pilar penting bagi Jakarta untuk dapat bersaing di level global.
Sementara itu, Pramono Anung, calon dari nomor urut 3, mencuri perhatian dengan komitmennya dalam pendidikan. Dia menjanjikan beasiswa kuliah yang lebih mudah diakses tanpa harus melalui proses verifikasi yang rumit. “Kami ingin memastikan wajib belajar tuntas 12 tahun tanpa kendala biaya,” tegasnya. Menariknya, Pram juga berfokus pada kesejahteraan guru honorer, berjanji akan meningkatkan gaji mereka agar tidak terjerat dalam kesulitan finansial.
Dari jalur independen, Dharma Pongrekun menawarkan visi reformasi jati diri, berupaya mengubah Jakarta menjadi pusat ekonomi yang aman dan beradab. Dia menekankan pentingnya regulasi yang berorientasi pada kesehatan masyarakat, serta pengobatan preventif yang dapat meningkatkan kualitas hidup warga. Visi ini sejalan dengan tren global yang melihat kesehatan dan kesejahteraan sebagai indikator utama kemajuan suatu kota.
Menutup debat, Ridwan Kamil mengingatkan bahwa kepemimpinan harus dijalankan dengan hati yang bersih dan tanpa dendam. “Siapa pun yang ditakdirkan menjadi pemimpin Jakarta, kita harus mendukungnya,” katanya. Ungkapan ini menggambarkan esensi dari demokrasi yang sehat, di mana perbedaan pendapat seharusnya tidak menjadi penghalang untuk bersatu demi kemajuan bersama.
Debat ini bukan sekadar ajang untuk beradu argumen, tetapi juga memberi wawasan tentang harapan dan tantangan yang dihadapi Jakarta. Dalam konteks perubahan global yang cepat, inovasi dalam kebijakan dan perhatian terhadap kebutuhan masyarakat menjadi sangat krusial. Dengan peran aktif generasi muda dan keberlanjutan visi-misi para calon, Jakarta diharapkan mampu melangkah ke arah yang lebih baik dan lebih berdaya saing di panggung dunia.