Lagu “Gala Bunga Matahari” dari Sal Priadi merupakan karya yang sarat dengan emosi, penuh dengan metafora indah yang membawa pendengarnya ke dalam suasana haru dan kerinduan. Liriknya menggambarkan percakapan antara seseorang dengan sosok yang telah pergi, dengan harapan adanya pertemuan kembali, entah secara fisik atau dalam bentuk yang berbeda.
Sal Priadi dengan cerdas menggunakan metafora bunga matahari untuk menyimbolkan kehadiran seseorang yang dirindukan. Bunga matahari, yang mekar tiba-tiba di taman, bisa diartikan sebagai simbol harapan atau kenangan yang masih hidup, meskipun orang tersebut tidak lagi ada di dekat kita. Imajinasi lirik tentang “bicara dengan bahasa tumbuhan” dan “air sungai yang dilintasi dengan susu” memperkuat kesan bahwa ini adalah percakapan dengan dunia yang berbeda kemungkinan besar tentang kehidupan setelah kematian.
Lagu ini juga memancarkan dualitas emosi; di satu sisi penuh kesedihan dan kerinduan, namun di sisi lain ada rasa penerimaan dan kebahagiaan. Penyanyi mengisyaratkan bahwa meskipun hidup tanpa orang yang dirindukan terasa berat, ada upaya untuk tetap menjalani kehidupan dengan sukacita seperti pesan yang pernah disampaikan oleh sosok tersebut.
Secara musik, Sal Priadi membawakan lagu ini dengan aransemen yang lembut dan vokal yang emosional, menciptakan suasana yang cocok dengan liriknya. Lagu ini terasa seperti sebuah surat atau monolog, yang secara pribadi bisa menyentuh siapapun yang pernah merasakan kehilangan, namun masih memegang teguh kenangan dan harapan untuk pertemuan di masa depan.
Secara keseluruhan, “Gala Bunga Matahari” adalah lagu yang penuh makna, mendalam, dan sangat menyentuh, dengan kekuatan lirik dan melodi yang mampu menarik emosi pendengarnya dari awal hingga akhir.