Harga kopi robusta kembali mengalami kenaikan akibat perubahan pola cuaca. Salah satu penyebab utamanya adalah gelombang panas yang melanda negara-negara eksportir, seperti Vietnam. Kondisi ini mengganggu produksi kopi robusta yang terkenal dengan cita rasa pahitnya. Kopi jenis ini sering digunakan sebagai campuran dalam minuman seperti latte dan es kopi susu.
Selain cuaca, kenaikan harga juga didorong oleh permintaan global yang terus meningkat. Pada 2024, harga kopi robusta terus naik. Puncaknya terjadi pada 25 April 2024, ketika harga mencapai US$4.304 per ton. Sementara itu, produksi kopi di Indonesia pada 2022 mengalami penurunan sebesar 1,43%. Sumatra Selatan menjadi penghasil kopi terbesar, menyumbang 26,85% dari produksi nasional. Provinsi Lampung menyusul dengan 14,68%, kemudian Sumatra Utara sebesar 11,16%, Aceh 9,08%, dan Bengkulu 7,72%.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Muhammad Rizon, menyampaikan bahwa harga kopi robusta di Bengkulu mencapai Rp60.000-Rp70.000 per kilogram pada Juli 2024. Menurutnya, harga ini akan tetap tinggi hingga 2025 jika produksi kopi terus menurun di negara penghasil utama.
Robusta adalah jenis kopi yang paling banyak diproduksi dan diekspor oleh Indonesia. Pada 2022, robusta menyumbang 86,13% dari total ekspor kopi Indonesia, sementara kopi arabika hanya 11,10%. Indonesia adalah salah satu produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia, berada di peringkat ketiga setelah Brazil dan Vietnam.
Pada 2023, Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor kopi terbesar dari Indonesia dengan total 36.625,6 ton. Namun, jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 55.810,2 ton. Puncaknya terjadi pada 2006, ketika ekspor ke AS mencapai 85.503,2 ton. Mesir menjadi tujuan ekspor kedua terbesar pada 2023 dengan volume 32.047,8 ton, diikuti India dengan 23.811,3 ton.
Di sisi lain, ekspor kopi Indonesia ke Belanda dan Denmark justru mengalami peningkatan. Pada 2022, ekspor ke Belanda tercatat sebesar 3.598 ton dan meningkat menjadi 3.795 ton pada 2023. Sementara itu, ekspor ke Denmark meningkat dari 19,3 ton menjadi 71 ton pada 2023. Kenaikan ini memberikan sedikit angin segar bagi sektor ekspor kopi di tengah penurunan ekspor ke beberapa negara besar.
Secara keseluruhan, kenaikan harga kopi robusta yang terus berlanjut hingga 2024 menjadi tantangan bagi para pelaku industri kopi. Mereka harus menghadapi perubahan iklim dan penurunan produksi, yang berpengaruh besar pada pasar kopi global.