UNESCO telah mengakui pentingnya budaya makanan dan memasukkan beberapa resep tradisional dalam daftar Warisan Budaya Takbenda, seperti persiapan ritual dan pembagian kimchi di Korea Selatan
Makanan dan budaya saling terkait. Proses yang terlibat dalam menyiapkan, menyajikan, dan berbagi makanan dan minuman tertentu mungkin tampak sederhana, tetapi sering kali memiliki makna sosial dan budaya yang penting. Resep dan praktik diet dapat digunakan untuk mewariskan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Siapa pun yang pernah mencoba makanan Korea pasti pernah mencicipi lauk acar yang terkenal yang disebut kimchi. Pada dasarnya, kimchi adalah sejenis sayuran – paling sering berupa kubis napa – yang telah difermentasi menjadi pasta merah pedas yang mungkin mengandung bubuk cabai merah, bawang putih, jahe, garam, gula, saus ikan, dan daun bawang.
Orang-orang cenderung memiliki pendapat yang kuat tentang kimchi – mereka menyukainya atau membencinya. Namun, tidak dapat disangkal bahwa kimchi merupakan bagian wajib dari setiap hidangan Korea.
Pada bulan November setiap tahun, keluarga Korea berkumpul untuk gimjang (kimjang), proses tradisional pembuatan kimchi. Secara historis, proses ini dilakukan setelah panen dan merupakan cara untuk menyimpan cukup kimchi untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama musim dingin.
Produk yang sudah jadi disimpan dalam toples tanah liat, atau hangari, yang kemudian dikubur di dalam tanah. Catatan tertulis menunjukkan bahwa kimchi telah ada sejak abad ke-14, tetapi tradisi gimjang baru dimulai pada masa Dinasti Joseon (1392-1897).
Cobalah sendiri: Untuk mengikuti gimjang biasanya Anda harus mengenal keluarga Korea yang tinggal di Korea Selatan. Jika tidak memungkinkan, mengunjungi Museum Kimchikan di Seoul adalah alternatif yang bagus. Museum unik ini memamerkan sejarah kimchi, tetapi juga menawarkan demonstrasi pembuatan kimchi dan kelas memasak.