Diabetes mellitus adalah kondisi medis yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah secara terus-menerus. Penyakit ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga bisa menyerang anak-anak dan remaja. Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, terdapat dua jenis diabetes yang umum terjadi pada anak-anak, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Meskipun keduanya berbeda dalam penyebab dan mekanisme, keduanya memerlukan penanganan yang serius.
Diabetes Tipe 1 pada Anak
Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas. Akibatnya, produksi insulin menjadi rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Insulin adalah hormon yang diperlukan untuk mengatur kadar gula dalam darah. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi, sehingga menumpuk dalam aliran darah.
Menurut dokter Piprim, diabetes tipe 1 tidak disebabkan oleh konsumsi gula atau makanan manis secara berlebihan. Anak dengan diabetes tipe 1 tetap memerlukan suntikan insulin untuk membantu tubuhnya memetabolisme karbohidrat. “Meskipun tidak banyak minum pemanis buatan atau makan karbohidrat biasa saja, anak dengan diabetes tipe 1 tidak bisa memetabolisme karbohidrat tanpa insulin,” jelas Piprim.
Diabetes Tipe 2 pada Anak
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup dan kebiasaan makan yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, suatu kondisi yang dikenal sebagai resistensi insulin. Pankreas mencoba mengatasi resistensi ini dengan memproduksi lebih banyak insulin, tetapi lama kelamaan, pankreas menjadi kelelahan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan insulin yang meningkat.
Menurut dokter Piprim, salah satu faktor utama yang menyebabkan diabetes tipe 2 adalah konsumsi berlebihan minuman dengan pemanis buatan, terutama sirup fruktosa tinggi yang banyak ditemukan dalam minuman ringan atau soft drink. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi makanan olahan dengan indeks glikemik tinggi juga dapat meningkatkan risiko hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi.
Gejala dan Diagnosis Diabetes pada Anak
Anak dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki gejala seperti penurunan berat badan yang drastis, sering merasa haus, sering buang air kecil, dan kelelahan. Sebaliknya, anak dengan diabetes tipe 2 cenderung mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. “Hampir 80 persen anak-anak dengan diabetes tipe 2 adalah obesitas,” kata Piprim.
Untuk mendiagnosis diabetes pada anak, dokter dapat melakukan pemeriksaan C-peptide untuk mengecek apakah pankreas masih memproduksi insulin. Jika hasilnya menunjukkan C-peptide negatif dan insulin negatif, maka anak tersebut didiagnosis dengan diabetes tipe 1. Namun, jika C-peptide dan insulin masih ada, anak tersebut didiagnosis dengan diabetes tipe 2.
Penanganan dan Pencegahan
Anak dengan diabetes tipe 1 perlu mendapatkan terapi insulin yang sesuai dan harus diajarkan cara pemberian suntikan insulin beserta dosisnya. Untuk anak dengan diabetes tipe 2, perubahan gaya hidup adalah kunci utama. “Olahraga, mengatur pola makan, dan intermittent fasting bisa membantu mengontrol diabetes tipe 2 pada fase awal,” ujar Piprim.
Orang tua harus memperhatikan pola makan anak dan mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula serta olahan. Mendorong anak untuk aktif secara fisik dan menjaga berat badan yang sehat juga sangat penting. Kesimpulannya, meskipun diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena terkait dengan faktor autoimun, diabetes tipe 2 dapat dicegah dan dikontrol dengan perubahan gaya hidup yang sehat. Penting bagi orang tua untuk memahami perbedaan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kesehatan anak-anak mereka.