Dahulu kala di pedesaan, kegiatan sederhana seperti menangkap capung dengan menggunakan getah nangka merupakan hal yang biasa dilakukan oleh anak-anak. Aktivitas ini tidak hanya menjadi permainan semata, tetapi juga melatih ketangkasan dan kesabaran mereka. Namun, bagi Generasi Z, aktivitas ini mungkin terdengar asing atau bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka.
Menangkap capung dengan getah nangka bukanlah pekerjaan mudah. Pertama-tama, kamu harus mencari capung yang berada di tempat terbuka, biasanya di sekitar ladang atau area yang banyak tanaman. Setelah menemukan target yang tepat, langkah berikutnya adalah mengumpulkan getah dari pohon nangka yang segar. Getah tersebut biasanya ditempelkan pada ujung batang kayu untuk membuat alat tangkap yang efektif.
Saat melakukan perburuan, ketelitian adalah kunci. Kamu harus mendekati capung dengan hati-hati, menghindari gerakan yang terlalu tajam atau keras yang bisa membuat capung terbang menjauh. Kemudian, dengan cermat, alat tangkap yang dilapisi getah didekatkan ke capung untuk menangkapnya dengan lembut. Ini membutuhkan keterampilan dan kesabaran agar tidak merusak sayap capung atau membuatnya terlepas sebelum berhasil ditangkap.
Aktivitas ini tidak hanya memberikan kesenangan melalui tantangan fisiknya, tetapi juga mengajarkan rasa hormat terhadap alam dan makhluk hidup di sekitar. Bagi banyak anak pada masa itu, menangkap capung dengan getah nangka adalah bagian dari petualangan harian mereka, di mana mereka belajar tentang kehidupan serangga dan hubungan mereka dengan lingkungan sekitar.
Sayangnya, dengan perubahan gaya hidup dan urbanisasi yang pesat, aktivitas seperti ini semakin jarang terjadi di antara Generasi Z. Teknologi dan hiburan digital mungkin telah mengambil tempat permainan luar ruangan yang lebih tradisional seperti menangkap capung. Meskipun demikian, kegiatan seperti ini mengingatkan kita akan keindahan sederhana alam dan kebiasaan lama yang mengajarkan banyak hal berharga.