Suwon FC baru-baru ini memperkenalkan jersey ketiga mereka melalui Instagram dengan caption “2024 SUWON FC THIRD KIT,” menampilkan foto Pratama Arhan. Pilihan Arhan sebagai model iklan memicu reaksi keras dari netizen, terutama dari Indonesia. Postingan tersebut mendapat lebih dari 2 ribu komentar, mayoritas berisi kritik dan kekecewaan terhadap klub yang dianggap hanya memanfaatkan Arhan untuk kepentingan pemasaran.
Beberapa netizen mengungkapkan kemarahan mereka dengan komentar seperti, “Klub Jepang dan Korea rekrut pemain Indonesia cuma untuk marketing… pikirkan pemain lain jika ada tawaran dari klub Korea atau Jepang, mereka tidak berniat memainkan pemain.” Komentar ini mencerminkan kekecewaan banyak penggemar sepak bola Indonesia yang merasa talenta lokal hanya dimanfaatkan secara komersial.
Komentar lain menulis, “Hanya untuk menambah follower…. cabut dari Suwon FC.” Bahkan ada yang menyatakan akan berhenti mengikuti akun Instagram Suwon FC jika Arhan tidak mendapat menit bermain lebih banyak. “Saya unfollow dulu ya @suwonfc. Nanti kalau Arhan dapat banyak menit bermain, saya follow lagi,” tulisnya.
Ada juga yang meragukan niat baik klub Korea dalam mengembangkan pemain Indonesia. Salah satu komentar menyebut, “Mana mungkin Korea mau pemain Indonesia berkembang… sudah Arhan pindah saja!” Sindiran humoris juga muncul dengan seorang netizen menulis, “Arhan sudah seperti foto telur & ayam di kemasan Indomie, begitu dibuka tidak ada… disini kita tahu gambar peraga sangat penting.”
Kritik ini berakar dari performa Arhan yang minim menit bermain di klub-klub sebelumnya. Di Tokyo Verdy, Liga Jepang, Arhan hanya tampil dalam 4 pertandingan dengan total 255 menit bermain dan mendapat 1 kartu kuning. Di Suwon FC, Liga Korea Selatan, dia hanya bermain 3 menit dalam 1 pertandingan dan mendapat 1 kartu merah. Statistik ini memperkuat anggapan bahwa Arhan lebih sering dijadikan model iklan ketimbang diberi kesempatan bermain.
Ketidakpuasan netizen memang tidak tanpa alasan. Pratama Arhan adalah talenta muda berbakat dari Indonesia yang diharapkan dapat berkembang di kancah sepak bola internasional. Namun, minimnya kesempatan bermain yang diberikan oleh klub-klub tempat dia bernaung menimbulkan keraguan tentang niat klub-klub luar negeri dalam merekrut pemain Indonesia.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pemain Indonesia hanya dijadikan alat pemasaran untuk menarik perhatian fans di Tanah Air tanpa komitmen serius dalam pengembangan karier mereka. Harapan para penggemar adalah agar Pratama Arhan dan pemain-pemain Indonesia lainnya tidak hanya menjadi model iklan, tetapi juga mendapatkan kesempatan bermain yang adil untuk menunjukkan kemampuan mereka.