Menyingkap Fenomena “People Pleaser, Kapan Itu Menguntungkan dan Kapan Tidak

Pict by Unsplash

“People pleaser” atau orang yang senang membuat orang lain senang sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dalam dinamika sosial. Fenomena ini mencerminkan keinginan kuat untuk disukai atau dihargai oleh orang lain dengan cara menyenangkan mereka. Namun, seperti halnya kebanyakan hal dalam hidup, terlalu banyak dari hal baik bisa berdampak negatif. Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang istilah “people pleaser” ini.

Apa Itu “People Pleaser”?

“People pleaser” adalah seseorang yang cenderung mengutamakan keinginan dan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan dirinya sendiri. Mereka merasa senang atau bahagia ketika orang lain merasa senang atau puas dengan mereka. Hal ini sering kali muncul dari dorongan yang kuat untuk diterima dan dihargai dalam lingkungan sosialnya.

Tanda-tanda Seseorang yang Menjadi “People Pleaser”

  1. Kesulitan Mengatakan “Tidak”: Mereka cenderung sulit menolak permintaan orang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu atau kebutuhan mereka sendiri.
  2. Merasa Bersalah Jika Menyebabkan Ketidaknyamanan: Mereka sering merasa bersalah atau cemas jika keputusan atau tindakan mereka menimbulkan ketidaknyamanan pada orang lain.
  3. Menempatkan Kebutuhan Orang Lain di Atas Kebutuhan Sendiri: Mereka selalu memprioritaskan keinginan dan kebutuhan orang lain, bahkan jika itu berarti mengabaikan atau menunda kebutuhan mereka sendiri.
  4. Mencari Persetujuan dan Pujian: Mereka sangat mengandalkan persetujuan dan pujian dari orang lain untuk merasa berharga atau berarti.

Kelebihan dan Kelemahan Menjadi “People Pleaser”

Kelebihan:

  • Mudah Beradaptasi: Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi sosial membuat mereka menjadi teman yang menyenangkan.
  • Pendengar yang Baik: Mereka cenderung mendengarkan orang lain dengan baik dan mengakui perasaan serta kebutuhan mereka.

Kelemahan:

  • Kehilangan Identitas: Bisa sulit bagi mereka untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pribadi mereka sendiri karena terlalu fokus pada keinginan orang lain.
  • Stres dan Kepuasan Diri Rendah: Menjadi “people pleaser” secara berlebihan dapat menyebabkan stres dan kelelahan emosional karena terus-menerus mencoba memenuhi harapan orang lain.
  • Perasaan Terjebak: Mereka mungkin merasa terjebak dalam pola perilaku yang sulit mereka ubah, meskipun menyadari bahwa mereka perlu lebih memperhatikan diri sendiri.

Menemukan Keseimbangan yang Sehat

Bagi sebagian orang, menjadi “people pleaser” dapat menjadi sifat alami yang memperkuat hubungan sosial dan keharmonisan. Namun, penting untuk mengenali kapan perilaku ini menjadi merugikan bagi diri sendiri. Beberapa langkah untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara menyenangkan orang lain dan memperhatikan kebutuhan diri sendiri meliputi:

  • Memprioritaskan Diri Sendiri: Sadari bahwa merawat diri sendiri dan memenuhi kebutuhanmu sendiri juga penting.
  • Belajar Mengatakan “Tidak” dengan Baik: Praktikkan kemampuan untuk menolak dengan sopan ketika itu diperlukan, tanpa merasa bersalah.
  • Mengenali Batasan: Ketahui batasan pribadi dalam hal apa yang bisa dan tidak bisa kamu lakukan untuk orang lain.
  • Membangun Kebiasaan Self-Care: Jangan ragu untuk mengalokasikan waktu untuk merawat diri sendiri, baik itu dengan aktivitas fisik, hobi, atau olahraga.

Populer video

Berita lainnya