Racun-Racun yang Mengganggu Kesehatan Mental

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
pic by: canva.com

Kita semua ingin tampil lebih baik. Kita ingin menjadi produktif tanpa usaha. Kita ingin menciptakan hal-hal yang menarik perhatian. Kita ingin menjadi produktif dan menghasilkan banyak uang dari kreasi kita.

Hal ini memerlukan kapasitas mental. Namun banyak dari kita yang menerapkan jeda. Kita memiliki kebiasaan yang menghalangi kita untuk menikmati kinerja penuh di tempat kerja dan dalam kehidupan. Ini tidak bagus. Kami ingin membalikkan keadaan ini dan menjadi efektif kembali. Menariknya, sebagian besar ketidakefisienan yang kita alami dapat diatasi dengan melakukan lebih sedikit – dengan mengambil waktu istirahat – daripada melakukan lebih banyak hal dalam hidup kita.

Berikut adalah racun yang dapat merusak kesehatan mental Anda:

1. Mengisi terlalu banyak hari dengan media sosial

Kita terlalu terikat pada serangan dopamin kecil yang kita terima dari balasan dan like dari MedSos. Hal ini membuat kita menjadi gelisah, dan mudah teralihkan perhatiannya. Keluar dari media sosial, atau kurangi penggunaannya.

2. Mengandalkan rasa khawatir sebagai strategi pengelolaan hidup

Banyak dari kita khawatir, terutama ketika kita tidak seimbang secara fisik. Wajar jika pikiran negatif sesekali muncul dan kita mencoba memikirkan masalah ini untuk mencari solusi. Jika rasa khawatir membuat kita merasa lebih buruk, seperti yang selalu terjadi, hal ini bisa jadi pemicu stres. Temukan kelegaan karena mengetahui bahwa Anda tidak perlu khawatir. Anda hanya memperburuk keadaan dengan khawatir. Cara terbaik yang saya tahu untuk berhenti khawatir? Memiliki keyakinan yang lebih nyata, ketika kita lebih rileks, dan pikiran kita lebih tenang, kita dikaruniai wawasan terbaik dan solusi paling efektif.

3. Minum kafein

Aku tahu. Ini adalah hal yang sulit bagi pecinta teh dan kopi. Dan apakahg hal ini meningkatkan kinerja mental kita.? Tentu saja tidak. Kafein membanjiri tubuh kita dengan hormon stres kortisol. Ini bukan energi. Ini adalah pemicu stres  yang membuat kita berpikir bahwa kita berenergi ketika kita sedang stres. Ketika kita berhenti, kita kembali ke sumber energi alami murni, yang ternyata jauh lebih efektif daripada kafein jika kita meluangkan waktu. Ketika kita stres, kinerja kita menjadi kurang baik, tidur kita menjadi lebih buruk, dan kita menjadi budak teknologi pintar yang mengeksploitasi ketergantungan kita.

4. Menonton TV, YouTube, dan bermain video game

Tidak ada keraguan bahwa kualitas dan tingkat stimulasi dari semua hal ini telah meningkat. Ini semua membuat kita lelah karena lonjakan dopamin yang tinggi karena hal-hal yang dulu membuat kita tertarik di dunia nyata tidak lagi bisa. Inilah sebabnya mengapa kita menjadi manusia yang gelisah, mudah bosan, dan bergantung pada rangsangan terus-menerus. Kurangi penggunaan YouTube, dan Anda akan menemukan motivasi untuk kembali menulis dan membaca.

5. Obsesi terhadap makanan sebagai rangsangan

Saya akan memberi tahu Anda sesuatu yang mengejutkan. Makanan tidak seharusnya menjadi acara yang paling membahagiakan. Makanan seharusnya tidak menghasilkan lonjakan dopamin besar-besaran seperti kebanyakan makanan sampah. Habiskan lebih banyak waktu untuk tidak makan, terutama gandum, gula, dan karbohidrat glikemik tinggi. Makan lebih banyak daging dan organ seperti yang dilakukan nenek moyang kita yang berenergi.