Pertemuan antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, telah menjadi fokus utama bagi aliansi NATO, memunculkan kekhawatiran akan konsekuensi potensial bagi keamanan global.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dukungan yang mungkin diberikan Rusia terhadap program rudal dan nuklir Korea Utara dalam kunjungan Putin ke negara yang terisolasi ini. Putin melakukan perjalanan pertamanya ke Korea Utara dalam 24 tahun, menjanjikan untuk memperdalam hubungan perdagangan dan keamanan serta mendukung Korea Utara dalam konfliknya dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, sekutu dekat AS.
Stoltenberg, dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menyoroti bahwa perang Rusia di Ukraina didukung oleh negara-negara seperti China, Korea Utara, dan Iran, yang memiliki kepentingan terhadap kegagalan aliansi Barat. “Kami tentu saja juga prihatin dengan potensi dukungan yang diberikan Rusia kepada Korea Utara dalam mendukung program rudal dan nuklir mereka,” tegas Stoltenberg.
Dia menambahkan bahwa dukungan ekonomi China terhadap Rusia dalam konteks perang di Ukraina menunjukkan bagaimana tantangan keamanan di Eropa berkaitan erat dengan dinamika Asia. Puncak NATO yang akan datang di Washington direncanakan akan menguatkan kemitraan dengan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Jepang sebagai respons terhadap perkembangan ini.
Stoltenberg juga menegaskan perlunya “konsekuensi” yang tepat terhadap tindakan China yang mendukung Rusia. “Mereka tidak bisa terus menjalin hubungan perdagangan normal dengan negara-negara di Eropa dan pada saat yang sama memicu perang terbesar yang pernah kita saksikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua,” katanya.
Pemerintah AS mengamati dengan seksama hubungan yang erat antara Korea Utara dan Rusia, mengkhawatirkan potensi pertukaran yang dapat mempengaruhi keamanan di Semenanjung Korea. Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyatakan kekhawatirannya terhadap kerjasama ini, sementara juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menekankan bahwa mendalamnya kerja sama Rusia-Korea Utara menjadi isu krusial bagi stabilitas regional.
Menanggapi perjalanan Putin ke Pyongyang, Blinken menyebutnya sebagai tanda “keputusasaan” Putin untuk mengkonsolidasi dukungan dari negara-negara yang mendukung upayanya di Ukraina. Dia menambahkan bahwa dukungan China terhadap Rusia telah memungkinkan Moskow untuk mempertahankan kekuatan industri pertahanannya.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell menyampaikan keprihatinan atas kemungkinan imbalan yang diberikan Rusia kepada Korea Utara atas pasokan senjata. “Kami tidak tahu dengan pasti, tetapi kami sangat memperhatikan hal ini,” ujarnya.
Sementara itu, pejabat tinggi pengawasan senjata Amerika, Bonnie Jenkins, mengungkapkan keyakinannya bahwa Korea Utara tertarik untuk memperoleh teknologi dan peralatan militer canggih dari Rusia, termasuk pesawat tempur dan teknologi rudal balistik.
Dalam konteks ini, pertemuan Putin dengan Kim Jong Un bukan hanya mempengaruhi geopolitik regional, tetapi juga menyentuh pada dinamika global yang kompleks. Aliansi NATO dan AS terus mengawasi perkembangan ini dengan cermat, siap untuk menanggapi setiap perubahan yang mungkin mempengaruhi stabilitas internasional.